Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

TENANG INGINKU BUKAN KAMU LAGI

Tenang inginku bukan kamu lagi Jangan takut hidupmu kuganggu lagi ya Karena sejatinya kita bukan jalan cerita yang Tuhan rencanakan Pelan-pelan keras kepalaku akan mereda  Pelan-pelan sebesar apapun inginku hanya akan menjadi Angan-angan yang tidak pernah tergapai Jadi memang harusnya kurelakan saja apa-apa yang ingin pergi Apa-apa yang ingin disudahi  Melatih diri  untuk kembali menerima bahwa ternyata memang benar kita akhirnya selesai juga Sekeras apapun usaha kita  Akan kalah dengan kenyataan yang memang sudah seharusnya  Akan kalah dengan pernyataan bahwa kamu bukan untuk aku Begitu juga aku, aku bukan untukmu ternyata Aku  tidak berakhir dikamu ternyata Yah, lagi-lagi kita selesai juga Harusnya memang dari awal tidak perlu ada yang dibangun Tidak perlu ada yang kita rangkai Kalau pada akhirnya, ternyata di akhir cerita sulit untuk dilerai Dari aku yang tadinya kekeh untuk bertahan  Akan menjadi aku yang pelan-pelan belajar melepaskan Dari aku yan...

TITIK NADIR

Aku meringkuk di sudut ruang, ditelan kegelapan.  Dengan jiwa semakin kelam— sepekat malam. Tak berdaya dihantam takdir yang begitu kejam. Sesekali mengutuk jalinan kehidupan yang t'lah digariskan oleh Tuhan. Dikoyak kebencian, nyaris membinasakan, bagaikan pesakitan menanti ajal tak kunjung datang. Semesta pun seolah mengejek di tengah derita, membuatku menjerit dengan putus asa. "Tuhan, mengapa Engkau begitu kejam?! Tak pantaskah diri ini merasakan seteguk saja kebahagiaan?", tanyaku dengan lirih di kala sunyi. Alih-alih berhenti, nyatanya parodi pilu ini semakin riuh bak bersukacita di atas luka. Mengharap secercah pelita di tengah gulita adalah sia-sia, mungkin mati adalah jalannya. Namun, bagaimana jikalau mati pun aku masih tersiksa? tak ada yang bisa menjamin bahagia setelah binasa! Akan tetapi, tetap bertahan rasanya— aku tak kuasa.

KONTRADIKSI

Aku jatuh cinta pada sesorang yang tak seharusnya aku cintai Rasa ini tumbuh bak bunga bermekaran di musim semi Bahkan berangan dapat disatukan denganya di kemudian hari walau sebatas mimpi Sebab memilikinya adalah sebuah ilusi yang sialnya tak ingin kusudahi Terjebak oleh perasaan sendiri Menyedihkan, namun aku tak peduli Dan jangan memintaku untuk berhenti Karena sebelumnya pun aku telah mencoba membunuh rasaku,  Tetapi kudapati ia justru semakin tumbuh mengakar di hati Seolah usahaku memusnahkanya tak berarti Andai saja berpindah hati semudah menjentikkan jari Maka di pastikan diriku telah menemukan pengganti  Bukan malah berkubang pada afeksi tak beujung Yang secara perlahan melukai