Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Jadi Kita Hanya Teman

Dia memanggilku langit biru Katanya agar dunia ku selalu haru biru Padahal dia tidak pernah mau tahu  Sepertiga malam ku habiskan untuk memeluk diri yang dirundung pilu. Dia hanya bertanya "Kamu baik?", tapi dia tidak pernah bertanya  "Kenapa semalam kamu belum tidur pukul 3 pagi, cantik?" Dia hanya mengetik "Aku sayang nana.",  Tapi dia tidak pernah terusik jika lelaki lain mencoba mendekati ku Dia memanggil ku langit biru Kata nya agar dunia ku sabtu selalu (sebab besok nya kan libur), Padahal dia tidak pernah mau tahu  Aku ingin minum kopi berdua di tepi jalan braga disebelah coffeshop itu. Dia hanya mengucapkan "Semoga harimu indah",  Tapi dia tidak pernah mengucapkan  "Nanti aku jemput, kan sudah ada aku, kamu jangan susah-susah." Ya, dia hanya mengetik "Kan, kita cuma teman, Na..", Tapi dia selalu mengusap-usap kepala ku kalau aku tidak ingin berpisah seusai berkeliling kota Dia memanggil ku langit biru Karena pada nyata...

Perihal Berbuat Baik

Ada yang tawanya menguar paling lepas Padahal hatinya menyimpan banyak sekali cemas Barangkali, tertawa adalah adalah caranya untuk sejenak  Melupakan cemas yang terlalu menumpuk di kepalanya Barangkali, tertawa dapat membuat pundaknya sedikit ringan walau hanya sekejap saja Barangkali, tertawa jadi pelangi untuk setiap mendung pada hari-harinya Ada yang senyumnya paling lebar padahal lukanya ada berlembar-lembar  Barangkali, tersenyum adalah penghapus untuk beberapa kalimat menyakitkan  Yang ada di lembaran-lembaran lukanya Barangkali, tersenyum membuatnya mengingat bahwa setidaknya  Ia masih memiliki senyuman manis kala banyal hal-hal pahit yang berdatangan ke ranahnya Ada yang bahunya tampak kuat, Padahal ia butuh rengkuh yang erat Barangkali, menguatkan dirinya sendiri membuatnya merasa jadi lebih tangguh Barangkali, ia menguatkan bahunya sebab tahu banyak orang diluar sana yang lebih menderita darinya. Padahal tidak apa-apa Tidak apa-apa jika sesekali kita rapuh...

Aku dan Rutinitasku

Aku kembali ke rutinitasku; Membaca buku, duduk termenung di balkon kamar Melihat binar lampu jalanan sembari memutar playlist lagu favoritku di spotify Semua masih sama, hanya saja sudah tidak ada lagi  Perasaan menggebu-gebu seperti dahulu Aku sedang belajar cukup dengan diriku Sedang belajar tidak apa-apa untuk; Tidak diajak, tidak dipertimbangkan, tidak dianggap, ditinggalkan, Dilupakan, pun diacuhkan  Aku belajar hidup dalam penerimaan, bahwa memang manusia  Hanya akan punya diri sendiri pada akhirnya Menjadi aku yang kebingungan ternyata tidak seburuk kelihatanya Setidaknya aku masih dan selalu mengajak diriku berdiskusi perihal  Apa yang ingin ku ketahui setiap harinya Langkahku sering salah, dan kebanyakan memang begitu Tapi tak apa, dalam hidup beberapa kesalahan memang akan dan terus terjadi menurutku Tidak banyak yang aku punya Juga tidak banyak aku ingin Aku hanya merasa ingin meninggalkan jejak  Dan menyelamatkan apa saja yang masih bisa ku rengkuh

1/5/2023

Duduklah aku ingin bercerita! Malam itu aku bertemu denganya secara tidak sengaja Berawal dari menyusuri bait demi bait aksara yang telah ia rangkai Hingga jemariku berhenti pada suara yang mengalun indah. "suaranya sopan sekali masuk telinga," Gumamku kala itu Tak membutuhkan waktu lama Rasa kagumku jatuh telak  Aku mengikuti jejak pada setiap tapak tilas yang telah ia singgahi Berharap mampu menyusul dan mensejajarkan langkah Berkat Tuhan yang mengizinkan; Atau memang ini adalah sebagian dari skenarionya? Atma kami berjumpa, sampai akhirnya timbul di sela-sela tawa Semacam ada letupan kecil didada  Ketika berbalas pesan seperti biasa Aku selalu membubuhkan doa ditiap siapa yang terlontar  Berharap sempat memilikinya Sebab kata sepenuhnya itu terlalu mustahil, pun aku terlampau sadar diri Aku tak ingin terjatuh lebih dalam pada pesona semu yang ia tebarkan Nyatanya aku tak sebaik itu untuk mengontrol degup rasaku