Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Tulisan untuk si bungsu

Titik paling penat dari semua kehidupan manusia adalah ketika dirinya tidak pernah tau apa maunya. Sering bertambah nya usia, harapan yang paling palung barangkali bukan lagi bagaimana bahagia. Melainkan bagaimana orang tua tidak memikirkan apa-apa yang akan menambah beban fikiran nya. Menjadi perempuan yang di tuliskan semesta untuk menanggung predikat anak terakhir.  Nyatanya bukan sebuah penghargaan eksekutif melainkan kenyataan yang harus di terima dengan arif. Seiring bertambah nya usia, mimpi yang paling tinggi barangkali bukan lagi ambisi. Melainkan sebuah ekspektasi yang jikalau terujud di syukuri, jika tidak ya bagaimana lagi. Titik paling pasrah dari semua kehidupan manusia adalah ketika membiarkan diri sendiri terombang-ambing pada zaman yang makin hari makin seperti adu kambing Seiring hari-hari yang bergulir, dri ini hanya menerka-nerka takdir. Sisanya merungut pada dinding-dinding kamar yang mulai kuatir akan penyair yang manangisi suratan takdir. Pada akhirnya, titik...

Bukan Untuk Memulai

Jangan melangkah maju Tetaplah di tempatmu seperti yang kau lakukan dulu Aku hanya sekedar ingin melihatmu Tolong jangan beri aku harap dengan langkahmu yang kian mendekat Sebab, ini bukanlah satu-satunya jalan yang bisa kau lalui Pilihlah jalan dengan tak adanya aku di sana Aku sekarat dan kau terjerat  Kita adalah dua manusia dengan hati berkarat namun mencoba untuk terikat Kau sadar bahwa hatimu belum sepenuhnya sembuh Dia-masa lalumu, masih lekay dalam dirimu Kemudian, kau tau bahwa aku masih terperangkap dalam ketakutan akan rasa Aku belum pulih, bukan tidak bisa Melainkan aku enggan untuk pulih Aku tak ingin merasakan luka kedua kali dengan landasan mencintai Kau tahu seberapa banyak lukaku, bukan? Jadi kumohon Jangan mengajakku untuk memulai kisah baru Saat kau dan aku tahu bahwa kita adalah dua manusia  Yang terjebak dalam labirin tanpa dinding rasa