Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

sungguh ini sakit

Kau akan selalu memberikan jawaban paling klasik Bahwa waktu akan menyembuhkanku Tapi bagaimana jika ternyata aku tak punya cukup waktu untuk benar-benar sembuh? Bagaimana jika sampai tua aku terus dikoyak luka pemberianmu? Dan sesak nafas ini, akan bertahan selamanya Mengakar sampai ke liang tanah. Kau peduli? Kau cuma memberiku kata sabar dan ikhlas setiap kali aku mengadu Kau menyarankan untuk memasrahkan diri ke Tuhan atau segera mencari penggantimu Kau memaksaku untuk meredam isak tangis setiap aku mengingatmu, bahkan... Ketika aku cuma bilang rindu. Berkali-kali kau menyuruhku untuk melupakanmu Bisa kau beritahu caranya? Sungguh aku ingin tahu Kau sudah bisa bahagia toh? Lalu..hei Apakah kau sadar kau itu sudah masuk ke seperlima umurku?  Kau mengijinkan aku membersaimu Kau bahkan menganggapku wanita paling istimewa setelah ibumu. Lalu kau pergi seenak jidat, meninggalkan aku yang patah Menjadikan aku manusia paling kosong dan tak bahagia di jagad raya! Kau tahu? Berpura-pura...

CARAKU MENCINTAIMU

Ketika kamu bercerita tentang banyak hal padaku, Tentang dia yang membuatmu banyak tertawa, Tentang dia yang seringkali memberi luka, Tentang dia yang memiliki hatimu seutuhnya. Kamu berbicara padaku tentang bagaimana harimu bersamanya, Betapa bahagianya kamu ketika dia berkata akan mencoba bersama, Senyum lebar menghiasi wajahmu ketika mendapat pesan singkat darinya, Kenyataan bahwa aku melihatmu bahagia karenanya, mengumpulkan semua sesak dalam dada. Saat itulah aku merasa ingin menyerah pada segalanya, Aku ingin berteriak bahwa di balik senyumku ada air mata yang menunggu untuk dikeluarkan, Ada rasa sakit yang tak tertahankan, Hingga akhirnya, hanya ada luka yang berakhir terpendam. Namun, itulah yang selalu kulakukan, Diam-diam di dekatmu dengan segenap keberanian, Terkadang itu melelahkan, tapi tetap saja, bersamamu adalah hal yang membahagiakan, Untuk bersamamu, berada di sisimu, dan mendengar semua ceritamu, Adalah cara terbaik untuk menyuarakan cintaku.

Penyair Luka

Sadarkah kita tak lagi sejiwa Menjalin rasa pun tak lagi berwarna Mengingkari janji yang telah terikat Mendustakan kata untuk saling melupa Aku lelah bermain tunggu  Diam semakin membisu  Diabaikan olehmu dan juga waktu  Membunuh setiap harapan di dalam kalbu Kau lupa pada siapa yang menumbuhkan cinta Menyirami dengan doa dan ketulusan jiwa Menjafi bejana penyimpan luka Pada tiap rasa yang berbuah air mata Akulah sang penyair luka  Melantunkan nada suara derita Pada tiap lemar alur cerita  Terbuanglah janji dan setianya