sungguh ini sakit
Kau akan selalu memberikan jawaban paling klasik Bahwa waktu akan menyembuhkanku Tapi bagaimana jika ternyata aku tak punya cukup waktu untuk benar-benar sembuh? Bagaimana jika sampai tua aku terus dikoyak luka pemberianmu? Dan sesak nafas ini, akan bertahan selamanya Mengakar sampai ke liang tanah. Kau peduli? Kau cuma memberiku kata sabar dan ikhlas setiap kali aku mengadu Kau menyarankan untuk memasrahkan diri ke Tuhan atau segera mencari penggantimu Kau memaksaku untuk meredam isak tangis setiap aku mengingatmu, bahkan... Ketika aku cuma bilang rindu. Berkali-kali kau menyuruhku untuk melupakanmu Bisa kau beritahu caranya? Sungguh aku ingin tahu Kau sudah bisa bahagia toh? Lalu..hei Apakah kau sadar kau itu sudah masuk ke seperlima umurku? Kau mengijinkan aku membersaimu Kau bahkan menganggapku wanita paling istimewa setelah ibumu. Lalu kau pergi seenak jidat, meninggalkan aku yang patah Menjadikan aku manusia paling kosong dan tak bahagia di jagad raya! Kau tahu? Berpura-pura...