Rak Sepatu yang Sama
Aku berdoa, kelak meja makan ramai pagi hingga petang.
Aku ingin kau makan di atas meja yang sama, sepatu kita di tata di rak yang sama, dan baju kita di lipat di dalam lemari yang sama. Aku akan menyiapkan secangkir kopi hitam, entah kau lebih suka manis atau sedikit pahit. Lalu, kaku diam-diam memelukku dari belakang.
Kau yang selalu menegurku dikala aku sering makan pedas, lalu diam-diam aku juga memukulmu dikala kau lebih memilih minum kopi dulu dari pada sarapan nasi. Aku ingin bertukar kabar setiap hari. Tak perlu kata-kata romantis cukup bertanya sekarang posisimu dimana. Aku ingin bertukar kabar setiap hari. Tak perlu perlu oleh-oleh mewah, cukup belikan saja jus abang-abang di pinggir jalan, dengan es batu yang banyaknya itu. Aku ingin bertukar kabar setiap hari. Tak perlu baju cantik, cukup dekap saja tangisku dalam peluk.
Aku ingin kau rayakan kecil-kecilan, menyuapiku makan karena aku suka malas untuk mengambil nasi. Aku ingin kau rayakan kecil-kecilan, mendengarkan keluh karena seharian ini amat panjang. Aku, ingin kau rayakan kecil-kecilan. Membuatku tertidur pada malam-malam ku yang sunyi.
Dari segala cerai-berai, tolong rakit aku dengan hati-hati, dengan kalimat-kalimat lunak. Rangkum cintamu, bagaimana aku ingin mendengar, tak perlu berlebihan, katakan aku mencintaimu saja sudah cukup.
Di hargai raganya, dengan kasih dan seluruh rasa. Di utamakan keinginannya, oleh seluruh ingin mu juga. Di tuntun segala bingung dan cemas, dalam denai yang sama. Tolong jadikanlah aku apa adanya. Jangan paksa segala hendak, karena kadang-kadang hati kecilku masih tak terima.
Kau siapkan lauk pauk, aku yang tanak nasi. Kau potong-potong buah, aku yang menunggu di ruang tengah. Kau tak pernah tidur lebih dulu, karena kau tahu aku penakut. Ayo, jadilah kita dalam diam, bersama cinta, di bumbuui belas kasih, di hormati suara-suara bising, aku dipanggil Mamah, sedang kau di panggil Ayah.
Komentar
Posting Komentar