MENYELESAIKAN LARA

Kita selesai.

Pada akhirnya bersama bukan lagi tujuan, melainkan kenangan. Kita pernah sama-sama terjatuh, memberi dukungan dengan bahu yang saling menyatu. Kita pernah sama-sama terluka, mencoba saling mengobati dalam ikatan yang tak pasti. Kita pernah sama-sama menelan ego, berusaha untuk memperbaiki namun nyatanya kita saling menyakiti.

Kita pernah sama-sama mendamba tentang hidup berdua, menjalani hari dengan bahagia dan duka. Kita pernah sama-sama ingin menyerah, namun rasa seakan tak terarah. Kita pernah sama-sama gagal dalam mempertahankan, namun ambisi untuk tetap saling mengerti tak kunjung berhenti. Kita pernah saling mencintai, namun setelahnya kita mati. 

Tentang bahagiaku yang dulu sempat kusebutkan namamu, kini mungkin harus terganti sebab semesta tak merestui kita kembali. Kamu pernah menjadi seseorang yang kuagungkan dengan sangat, bahkan celotehanmu pernah kujadikan sebagai senandung tidur yang paling kusukai.

Lalu semesta menyatukan kita—dua manusia keras kepala dalam ruang rasa. Menjadikan dirimu sebagai jelmaan rasa yang kujaga dengan tertata. Maaf jikalau janji selalu menemani harus kuselesai, sebab aku memilih berhenti. 

Kamu harus memahami bahwa ketika ada seseorang yang memberikan seluruh hatinya padamu, itu bukan sekedar cuma-cuma namun kamu harus menjaganya. Berkali-kali memberi, kamu tak dapat menghargai. Salahkah aku jikalau mengakhiri?

Bahkan ketika kalimat ini tertulis, ada sakit yang kuredam karena harus melanjutkan hidupku tanpamu, sekali lagi maaf. Kelak mungkin kamu dan aku akan bertemu kembali, entah dalam versi terbaik diri atau kisah yang telah terakhiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Rayakan

Selamat Merayakan Cinta Sepanjang Usia Yang Kita Punya

preparation for death