PINTU KELUAR
Maaf, sebab aku tak henti menuai luka.
Sudah, sebaiknya kau berpaling dan melanjutkan langkah.
Lelah, perjuangan ini hanya satu arah.
Tak guna, sayang.
Menanti pengembara ini menemukan rumah adalah hal paling salah.
Aku sejak mulanya hanya mencari tempat singgah, dan kau tahu itu.
Senyuman yang kutawarkan hanyalah sebentuk penghargaan, atas kesediaanmu membagi tempat bernaung, melindungiku dari dunia, hingga kau lupa menyelamatkan hatimu sendiri.
Pergilah, aku tak kuasa menyaksikanmu terus menelan tangis; membisu.
Tak guna, sayang.
Tak terhitung degup kau korbankan untuk hatiku yang bahkan bukan mengirimkan detaknya untukmu.
Kau bukan jawaban, dan kau tahu itu.
Lelah, perjuangan ini hanya satu arah.
Tak guna, sayang.
Menanti pengembara ini menemukan rumah adalah hal paling salah.
Aku sejak mulanya hanya mencari tempat singgah, dan kau tahu itu.
Senyuman yang kutawarkan hanyalah sebentuk penghargaan, atas kesediaanmu membagi tempat bernaung, melindungiku dari dunia, hingga kau lupa menyelamatkan hatimu sendiri.
Pergilah, aku tak kuasa menyaksikanmu terus menelan tangis; membisu.
Tak guna, sayang.
Tak terhitung degup kau korbankan untuk hatiku yang bahkan bukan mengirimkan detaknya untukmu.
Kau bukan jawaban, dan kau tahu itu.
—Nana
Lepaskan, sudahi, lupakan
Komentar
Posting Komentar