Ramadhan di Rantau
Tepat kemaren malam banyak anak rantau yang menangis di meja makan
Merindukan hangatnya ramadhan di rumah bersama mamah
Dan kini kau boleh memanggilku anak durhaka mah
Karena tidak bisa pulang ketika kau mengharapkanku untuk pulang
Kali ini aku sedang melawanmu mah
Aku sedang melawan rindumu
Maka silahkan kutuk aku dengan doa-doamu
Mintakan pada Tuhan apapun hal baik yang kau harapkan dariku
Setelah tumbuh dan mengarungi kehidupan dewasa
Kini aku harus menelan mentah-mentah pahitnya ramadhan tanpa keluarga
Mengahurskanku hidup mandiri di kota orang
Dan jauh dari rumah
Tanpa jalan pulang aku harus terus berjalan di tengah kaki yang sedang lelah melangkah
Tahu kan gimana rasanya diri yang semakin lelah
Namun hidup harus terus berjalan
Seperti ingin menyudahi semuanya namun semesta begitu yakin
Untuk menitipkan beban di pundak yang hampir jatuh dan tersungkur ini
Kini aku hanya bisa meringkuk kedinginan di tengah malam di kota orang
Tanpa riuhnya suara mamah yang sedang memasak
Tanpa bisingnya teriakan bapa yang sibuk membangunkanku sahur
Juga tanpa selimut dan langit-langit kamarku
Yang dulu waktu kecil selalu jadi saksi betapa hangatnya aku tidur
Di kasur favoritku itu
Aku rindu suasana ramadan dirumah
Biasanya tiap malam selalu hangat bercerita tentang hari ini
Di meja makan sambil berbuka puasa
Mamah yang paling repot kala itu
Repot membuatkan makanan untuk kami serumah
Mah sekarang aku harus berbuka puasa sendirian
Tanpa masakan mamah lagi
Tapi aku baik-baik aja kok
Tetap bisa berpuasa walau memang rasanya sedikit berbeda.
Komentar
Posting Komentar