Kaleidioskop Memori
Kemari dan duduklah di sampingku
Akan kuceritakan bahwa diriku pernah menjatuhkan rasa pada sesorang
yang bersamanya adalah sebuah ketidakmungkinan
Namun, dia mampu melengkapi bagian rumpang dari diriku
Mengisi tiap sela dengan begitu sempurna
Seolah dia memang ditakdirkan untuk menjadi belahan jiwa yang hadirnya kunantikan
Aku bahagia atas dekret semesta
Yang mempertemukanku denganya
Meski secara tak terduga
Dia sangat lihai menorehkan warna pada ruang yang awalnya hampa
Tanpa takut terluka ia juga merapikan serpihan-serpihan lara
Yang aku saja enggan menyingkirkannya
Tak lupa membubuhkan harsa setelahnya
Ia bagaikan panasea untukku yang nyaris sekarat
Bahkan pair jantungku tak kala mengingat dia
Dan debar itu tak berdusta-aku mencintainya
Akan tetapi, semua itu sirna dalam sekejap mata
Bak membenarkan bahwa risalah bahagia hanyalah fiktif belaka
Sebab kebersamaan dari jalinan kasih yang kukira kami kan amerta
Justru berbalik menyuguhkan fakta -kisah ini lengkara
Karena terlalu sukar menyatukan dua daksa yang atmanya terikat pada dogma berbeda
Sekalipun sepasang hati ini telah berpaut dengan selaras
"Serasi, serasa, tapi tak ditakdirkan oleh Sang Pencipta, meskipun kita seirama.
Lantas, bagaimana bisa bersama?"
11 September 2021 di Malang
Komentar
Posting Komentar