Bersyukurlah
Seringkalli aku bertanya kenapa semua selalu kurang.
Seringkali aku bandingkan hidup ku dengan orang-orang,
"Lihatlah pencapaiannya, lihatlah pekerjaannya, lihatlah perekonomiannya, lihat si dia, dia, apalagi dia."
Hingga rasanya aku lah yang paling sengsara di antara mereka.
Aku selalu merasa diriku jauh tertinggal, merasa tidak ada satupun yang bisa aku lakukan dengan benar.
Benar-benar tidak berguna.
Tapi kemarin aku melihat seorang anak kecil mendadah-dadah di jalan dengan kostum badut nya yang besar, dia berdiri di bawah teriknya matahari peluhnya tak sempat dia seka sebab buru-buru menghampiri seseorang yang memberikan nya uang seribu. Kemudian tak jauh dari lingkunganku ada seorang anak kecil yang nakal nya luar biasa, dia sering mendapati amarah dari orang-orang di sekitar nya tapi setelah aku tanya ibunya, ibunya itu menjawab bahwa anaknya tidak bisa mengontrol diri sebab perceraianya setahun lalu sejak saat itu anaknya menjadi nakal dan sulit dikontrol mungkin dia terlampau patah hati dan kecewa.
Juga ada beberapa manusia sebayaku yang aku temui ada yang sedang kewalahan mengurus adik-adiknya, ada yang banting tulang sebab ayah nya sudah tiada, ada juga yang buru-buru menikah karena ekonomi keluarga, bahkan beberapa dari mereka tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Di media sosial pun sering kudapati berita tentang mereka yang kelaparan, penganiayaan, pembullyan, perundungan, dan banyak hal lagi yang tidak pernah aku rasakan. Entahlah, rasanya sangat malu mendapati diriku yang luar biasa mengeluhnya ini, padahal seujung kukupun Tuhan tidak pernah mengujiku dengan sebegitu beratnya.
Hidup yang berkecukupan, orang tua yang lengkap dan sehat, ponakan-ponakan yang manis dan baik, teman-teman yang baik, lingkungan yang baik, tidak pernah kelaparan dan kekurangan apapun. Semua Tuhan berikan cukup untuk aku. Tapi mulut ini masih saja menggerutu, mata ini masih saja memandang iri, dan hati ininjuga tidak merasa puas.
Aku malu mengakui bahwa sebegitu tidak bersyukurnya aku atas habiskan untuk mempertanyakan keadaan tahun depan, tahun depannya lagi dan puluhan tahun mendatang yang mana tidak ada satupun yang bisa aku tentukan, tidak ada satupun yang bisa aku tebak bahkan tentang apa yang esok masih bernapas pun aku tidak tahu, hingga lupa mensyukuri setiap yang ada. Aku malu, sangat malu.
Komentar
Posting Komentar