Sambutan Untuk Sebuah Perayaan
Sebagaimana aku yang suka bercerita
Dia adalah satu-satunya manusia yang sedia mendengarkan meskipun bukan dia yang menjadi tokohnya
Aku jarang sekali bercerita tentang pria ini
Karena nya aku ingin mempersembahkan sebuah tulisan dengan nada yang teduh
Sebagiamana tatapanya setiap mendengarkan ku berecrita
Lagi pula, aku paham bahwa dia tidak suka membaca
Maka, biarlah ini menjadi rahasia kita saja
Aku adalah perempuan yang rumit
Tapi pria ini membuat semua nya tidak sulit
Aku adalah perempuan yang suka mengeluh,
Tapi pria ini malah menyuruhku mengeluh sampai berpeluh
Aku adalah perempuan yang keras kepala,
Tapi pria ini selalu menawarkan jeda untuk sama-sama meredam ego di kepala
Aku sudah menjajaki rupa-rupa kepala tiap lelaki
Tapi pria ini satu-satunya yang membuat ku jatuh hati
Tulisanku bernada sendu, tapi dia tidak pernah bertanya
"Siapa yang kau ceritakan dalam ceritamu?" melainkan
"Berceritalah karena sebelum ada aku, kamu adalah penyair, setelah bersamaku, kamu harus tetap bersyair"
Dia adalah pria sederhana yang hadir dengan menawarkan kencan "bercerita" dengan dua mangkok soto di pinggir jalan Bandung itu
Aku tidak tahu apa bagian romansa dari pria ini, tapi yang kutahu
Dia satu-satunya pria yang memastikan ku tetap tertawa sepanjang cerita,
Tidak membiarkan kerudungku tersingkap,
Menggandeng tanganku sepanjang jalan, dan tidak membiarkan sepanjang perjalanan aku merasa lapar
Barangkali, kita tidak pernah merayakan apa-apa
Sebab setiap hari bersama lewat obrolan malam ditelvon itu
Adalah perayaan yan tidak mampu ditukar dengan apa-apa
Barangkali, kita juga bingung akan merayakan apa
Sebab perayaan yang sesungguhnya adalah ketika kita sama-sama mengubur sepi karena telah bersama
Tersebab aku adalah seorang penyair
Maka aku tidak pernha tahu bagaimana cerita kita akan berakhir
Tapi, jika pun kemungkinan buruk itu hadir
Ku pastikan pria ini ada pada prolog yang tidak akan pernah menjadi epilog
Nana, Di Bandung
Komentar
Posting Komentar