Sial

Hari itu kutanamkan kepastian di matamu;
Bahwa aku ikhlas menjadi lansia bersamamu
Bahwa aku siap membuatkanmu secangkir kopi dengan pisang goreng setiap pagi
Dan memijat lemah pundakmu kala sore datang
Ya, aku selalu menenamkan kepastian padamu
Yang sialnya kupanen seiring waktu
Kau jahat

Meninggalkanku sepihak tanpa ada sepakat
Sekarang, kau layaknya orang asing yang kutemui di stasiun
Sibuk lalu-lalang membawa hatimu
Sambil memikul puisi-puisi romantis yang katamu cuma buatkku
Ke entah siapa
Juga rayuan ala Fiersa Besarimu itu kini terasa kuno dan terdengar penuh petaka
Mungkin, seseorang telah berhasil menyalakan kembang api di dadamu
Seseorang sukses membuatmu ceria sampai lupa waktu 
Seseorang dengan segala apa yang dipunya 
Mampu membuatmu mudah melupakanku.

Ya, kenyataanya aku akan selalu jadi orang kalah dan tercurangi
Selalu jadi tempat pemberhentian untuk orang-orang sepertimu 
Selalu merasa sakit, patah, hancur, insomnia, dan gila saat kepergian datang menyapa

"Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?"

Lalu kau tau yang paling sial?
Bahwa kau benar-benar menghilang, sedang aku terkurung kenangan.
Sendirian.

Nana, Di Bandung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sebab Tuhan adalah perancang terbaik

Rak Sepatu yang Sama

'diriku'