Mati Rasa

Aku menulis ini sebab aku menyadari bahwa kamu 
tidak akan perah kembali. Dan saat itu juga aku
menyadari bahwa perasaanku telah lama mati.

Katanya akan selalu ada hari teramg setelah badai yang panjang. Aku
telah menantikannya, meski pilu masih terasa ngilu setiap kali
ingatan mengajakku bertemu denganmu. Dan dari semua itu bagian 
yang mmelelahkan adalah alu harus bersembunyi di dalam keramaian
hanya untuk menyamarkan banyaknya kesepian. Aku tidak benar-
benar paham tentang bagaimana takdir mengantarku pada patah
hati yang amat panjang. Sedang usahaku dalam mencintaimu selalu
kulakukan dengan sepenuh hati. Bahkan kepergianmu adalah luka
yang selalu aku nantikan kepulangannya. Seperti sedang mencintai
bayangan, aku yang tengah teruka pun ikut pudar dan lenyap di dalamnya.

Di waktu hidupku yang sangat singkat ini, aku mencari banyak hal
yang lebih bermakna, agar saat pulang kepada-Nya tidak ada lagi 
yang aku sesali sebab pernah dilahirkan dengan fase kehidupan yang
penuh dengan trauma. Sebab aku baru menyadari, sepanjang usiaku
di dunia ini, aku hanya mencintai satu manusia dan tidak pernah ada 
manusia lain yang mampu membuatku jatuh cinta. Setelahnya, aku
hidup dengan banyak luka yang tidak pernah bisa aku sembuhkan.
Oleh karena itu, aku mencoba banyak hal agar terlihat tenang di
depan semesta, lalu berperan sebagai tokoh lain sebab diriku yang
sebenarnya telah hancur sejak lama.

Bagaimana kabarmu di sana? apakah hidupmu jauh lebih bahagia
setelah meninggalkanku sendirian? Sejauh ini aku sudah terbiasa 
tumbuh tanpa melibatkan banyak perasaan. Terkadang, di beberapa 
kesempatan aku masih sering merindukanmu, meski akhirnya aku
selalu mengutuk setiap rindu yang telah kamu ciptakan di hidupku.
Sungguh aku tidak bermaksud ingin melibatkanmu dalam proses
menyembuhkan trauma yang sedang aku hadapi. Namun, bukankah
sangat tidak adil bagi seseorang yang telah tulus dalam mengasihi, 
harus kehilangan banyak perasaan hingga sulit untuk memulai
dengan hal-hal yang jauh lebih indah. Sampai detik ini, aku selalu
menantikan hari itu tiba. Hari yang terang dengan harapan-harapan 
yang lebih panjang. Meski kerap kali ingin menyerah, aku percaya
bahwa setiap luka akan menemukan akhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Rayakan

Selamat Merayakan Cinta Sepanjang Usia Yang Kita Punya

preparation for death