Apa-Apa yang Tak Pernah Disebut
Pak, rasanya kita jarang sekali bercerita. Seingatku , perayaan saat manusia kecil kerap kali dibuai dari titik paling sederhana. Seperti misal, aku diusahakan sebegitu hebatnya ketika derai hujan meggema menuju bumi. Bapak mengantarku dengan motor tua dan jas hujan usang yang membaluti tubuhku. Seolah abai dengan permainan air yang yang menghujami bentala. Bapak membelah jalanan basah bak ksatria hebat. Lalu aku di dalam kudung menebak-nebak, mana yang sampai lebih dulu di tujuan? Ragaku, atau doa Bapak yang mengikuti jejak jalanku yang tak pernah mampu kuterka dengan tepat? Papa mengeja bahasa cinta dengan cara yang rumit. Alih-alih melambungkan ribuan kalimat afeksi dengan senyum penuh impresi ketika mengutarakan makna bangga, Bapak hanya akan menetap tanpa suara. Sampai-sampai di suatu waktu, bentuk cintanya kerap kali kupertanyakan. Apa rasa cintanya jauh lebih kecil dari rintik hujan sehingga mengutarakan sayang tak pernah mampu diusahakannya? Lalu aku mulai paha...