Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Apa-Apa yang Tak Pernah Disebut

Pak, rasanya kita jarang sekali bercerita. Seingatku , perayaan saat manusia kecil kerap kali dibuai dari titik paling sederhana. Seperti misal, aku diusahakan sebegitu hebatnya ketika derai hujan meggema menuju bumi. Bapak mengantarku dengan motor tua dan jas hujan usang yang membaluti tubuhku. Seolah abai dengan permainan air yang yang menghujami bentala. Bapak membelah jalanan basah bak ksatria hebat. Lalu aku di dalam kudung menebak-nebak, mana yang sampai lebih dulu di tujuan? Ragaku, atau doa Bapak yang mengikuti jejak jalanku yang tak pernah mampu kuterka dengan tepat? Papa mengeja bahasa cinta dengan cara yang rumit. Alih-alih melambungkan ribuan kalimat afeksi dengan  senyum penuh impresi ketika mengutarakan makna  bangga, Bapak hanya akan menetap tanpa suara. Sampai-sampai di suatu waktu, bentuk cintanya kerap kali kupertanyakan. Apa rasa cintanya jauh lebih kecil dari rintik hujan sehingga mengutarakan sayang tak  pernah mampu diusahakannya? Lalu aku mulai paha...

Si Kecil Yang Tidak Beruntung

Si kecil yang tidak beruntung itu adalah aku Jadi wajar kalau setelah dewasa Aku sibuk merayakannya sendiri Sebab sejak kecil diri ini tidak pernah dirayakan Dari kecil terbiasa terluka, banyak menahan maunya Karena katanya banyak yang lebih penting  Yang padahal diri yang kecil itu juga penting untuk dipenuhi Dan setelah dewasa, kita kehilangan masa kecil yang bahagia Dipaksa melihat banyaknya abu-abu dunia Yang kita sendiri tidak siap untuk tumbuh secepat ini Waktu menarik diri dari masanya  Dewasa sejak kecil adalah aku Dipaksa belajar menerima banyaknya kekalahan dan harus mengalah Dipaksa menerima diri yang tidak sempurna  Hanya karena, diri yang kecil itu tidak menarik  Tidak punya banyak teman dan sering dikucilkan  Hanya karena, tidak bisa memenuhi standar anak kecil lainnya Sekarang si kecil itu tumbuhh dengan gagah  Banyaknya rasa bersalah, rasa takut, dan serba khawatir Kenapa ya? Kita tidak seberuntung anak kecil lainnya Ternyata setelah dewasa,...

KEPERCAYAAN

Aku dan kamu adalah atma yang terikat asmaraloka. Namun perlahan pijakan itu runtuh oleh kecurigaan yang hadir membisikan Hasut perihal kepercayaan Bersama renjana aku berusaha senantiasa menumbuhkan satya, Namun pertanyaan serta pernyataan darimu bagaikan enigma yang mencekik kewarasan akal. Selalu melimpahkan ragu di tiap tatap, Menudingkan durjana yang sebenarnya hanya skenario dari pikiranmu Aku sangat menjaga ikrar ini Dapat kamu buktikan dari setiap tindakan.  Tak perlu kamu berspekulasi tanpa arti, Karena sungguh rasaku tak pernah merindu selain pada daksamu Aku kan senantiasa menjaga dekapan kita, Meski terabaikan sebelah mata sebab ketenangan hadir berkat rasa percaya.

Kalau hari ini nyerah, gimana?

Hai Kalau hari ini nyerah, nanti mimipimu yang baik itu siapa yang akan melanjutkan? Aku tahu, kita bukan berjuang untuk diri sendiri. Ada banyak sekali  kebahagiaan yang sedang kita upayakan hari ini. Aku tahu hidup ini pun, bukan untuk hidup sendiri kan? Banyak raga yang kita tanggung Banyak tawa yang kita rindu Jadi jangan menyerah dulu ya Nanti  kalau kita menang dari semuanya akan ada tepuk tangan paling meriah yang akan memeluk kita. Entah siapapun itu, ia pasti akan sangat bangga padamu. Sekalipun itu hanya dirimu sendiri Harus jadi baik terus ya Karena dunia udah kehilangan banyak orang baik Kita harus mati diantaranya Jangan mati sendirian, toh semua orang akan pulang pada akhirnya Dan dunia pun tidak akan lagi ada artinya Kita lanjutkan yaa, pelan-pelan Seluka appaun masa lalu biarkan saja ia abadi di halaman yang lama Jangan dibuka lagi ya, karena kita sudah tau akhir ceritanya akan bagaimana Dan setelahnya, yang bisa kita ambil hanya Kita gabisa apa-apa selain kita...