Terlihat Tenang, Tapi Berantakan

Terlihat tenang
Tapi aslinya berantakan
Karena aku pandai menyimpannya
Menurutku sedih ini adalah tanggung jawabku sendiri
Tidak harus disembuhkan oleh orang lain
Dan tidak mau dibantu
Untuk sekedar luka-luka yang menurutku aku bisa menyelesaikan sendiri
Sebab kemarin ketika minta dibantu dan didengar
Justru makin parah kan, jadi makin rumit
Dan sekarang aku memilih berhenti, berhenti untuk minta tolong
Selagi masih bisa kubasuh sendiri
Tenang
Ini sudah jadi tugasku
Siapapun silahkan berjalan di arenanya masing-masing
Siapapun yang mau pergi akan aku persilahkan dengan baik
Perihal aku nanti dulu
Aku masih tahu apa yang terbaikuntuk diriku sendiri
Mungkin sekarang aku sedang butuh banyak tenang
Sedang butuh banyak dialog panjang untuk makin berkenalan dengan diri sendiri
Tentang maunya apa, arahnya kemana, dan tujuannya untuk apa?
Semuanya aku tahu dan paham sendiri
Semuanya aku belajar dari waktu
Dulu waktu aku sulit, aku melewati masa-masa sulitku sendirian
Dan akhirnya aku terbiasa dengan sepi
Terbiasa untuk tidak banyak bercerita apalagi cerita yang sama
Menurutku aku butuh hidup baru yang lebih baik
Kalau toh tidak bisa, setidaknya aku akan tetap baik-baik saja
Itu saja
Aku sudah tidak banyak mengimpikan yang indah-indah
Menurutku bisa selamat dari hari-hari ini saja sudah cukup
Sebab, kalau ditanya kapan kamu merasa sepi?
Setiap hariku isinya sepi semua, walau sekitarku ramai
Rasanya kayak kosong, seperti masih selalu ada bagian dari diriku yang tidak utuh
Tidak sepenuhnya terluka, tapi aku sendiri yang mencari sembuh
Katanya upayaku bertahan terlalu keras dan berlebihan
Tapi menurutku, Inilah salah satu caraku untuk tidak bertemu hari ini 
Sungguh, aku takut
Aku takut bertemu dengan malam yang terjaga sampai pagi
Dan pagi yang harus terbiasa seolah tidak ada apa-apa
Padahal kepalaku berisik teriak-teriak minta ditolong
Tapi mulutku bisu
Ia tidak tahu telinga mana yang bisa mendengarkan 
Pundak mana yang bisa dijadikan sandaran
Akhirnya aku memilih sepi dan sendiri
Aku bisa, aku bisa mlwatinya satu-persatu
Selagi kaki masih kuat melangkah
Dan bahu yang masih kuat menantang kenyataan
Aku masih percaya ada hari bahagia
Dan semua yang diupayakan akhirnya akan dirayakan
Aku percaya itu makanya sampai hari ini
Semuanya tidak jadi aku akhiri
Sebab akhir yang baik, akan selalu menuntut petualangan yang hancur lebur dan berantakan
Maka akan kuhancurkan semua gagalnya 
Bersama diri yang hampir mati ditampar kenyataan setiap hari
Pernah aku keluar rumah dan melihat semua manusia toh juga lagi sama-sama capek
Semua orang lagi bertahan masing-masing cuma ga kelihatan aja lukanya
Semua orang pandai menyembunyikannya rapat-rapat
Dari semua orang yang aku temui
Aku percaya, bahwa baiknya kita harus bertahan sama-sama bukan
Di lintasan maisng-masing yang berbeda jangan merebut lintasan orang lain yaa
Mari hargai proses setiap manusia, kalau tidak bisa membantu setidaknya jangan menyulitkan
Kalau tidak bisa menolong, tolong diri sendiri dulu
Ia yang butuh dipeluk lebih lama lagi, meski dengan tangannya sendiri
Meski dihapusnya sendiri air mata itu
Diri ini butuh pelukan penguat dari kita
Dari aku, dan kita yang cuma bisa hidup sekali ini
Maka hiduplah yang baik, setidaknya jadilah baik untuk diri sendiri
Lawan yaa, lawan perasaanya, lawan semua sedihnya dan terima semua pahit dan getirnya 
Melelahkan emang, sebab bertahan adalah keharusan dalam hidup
Jadi mari kita haruskan diri untuk tetap hidup
Bukan untuk mimpi, sekarang mungkin kita sedang bertahan
Tetap makan hanya sekedar bisa hidup
Nanti ada waktunya sendiri untuk mengejar mimpi
Hanya apa-apa yang dimimpikan 
Jangan pernah terlupakan dari doa kita setiap hari
Aku percaya hal yang kita minta berulang-ulang kepada Tuhan
Ujung-ujungnya akan diberi juga, akan dikasih juga kesempatannya
Begitu juga dengan dunia apa-apa yang kita usahakan setiap hari
Setidaknya akan ada satu upaya kita yang berhasil

Bandung, 9 Maret 2024



Komentar

Postingan populer dari blog ini

sebab Tuhan adalah perancang terbaik

Rak Sepatu yang Sama

'diriku'