Topeng Mana Yang Dipasang Hari Ini, Nona?

Aku adalah rahasia paling besar yang kumiliki. Tak ada yang benar-benar tahu mati nyala yang kusembunyikan di dalam tubuhku. Kadangkala, aku pun tak tahu sampai-sampai kelabakan sendiri kalau-kalau ada "aku yang baru" yang muncul dan belum pernah kutemui. Kadang ia menyeramkan, kadang ia menenangkan. Mungkin aku adalah kontradiksi paling rumit yang pernah kulihat dan kurasakan secara langsung.

Pagiku kadang menjelma jadi malam, malamku kadang menjelma jadi seram dan kelam. Tapi, kadang malamku juga jadi pagi yang cerah sampai senyumku enggan tenggelam dan rahangku pegal. Aku bisa jadi petir, bisa jadi badai, bisa jadi ombak, bisa pula jadi angin. Aku bisa jadi langit mendung, bisa juga jadi matahari. Inginnya si aku jadi matahari terus, tapi dunia tak mungkin terang selalu, bukan? Justru karena gelap, terang jadi punya arti. Maka kalau aku sedang jadi badai atau topan, kini aku mulai paham kalau semua tak apa.

Aku tumbuh dipupuk doa-doa mamahku, juga disiram penghargaan bapaku, Pohonku bisa tinggi dan tak goyah diterpa angin kencang karena dua itu. Doa-doa dan pengharapan mereka menguatkan akarku, menumbuhkan dahan dan daun-daunku, juga menjagaku untuk tegak dan tak tumbang sekalipun kadang aku tertarik angin ke kanan dan ke kiri.

Kadang, aku bangun dengan bingung. Kira-kira hari ini harus memasang wajah yang mana ya? Wajah yang ada di depan kamera? Wajah yang ada di dalam guliran layar sosial media? Wajah manusia yang baru saja pulang bertaruh di perang hebat dengan dirinya sendiri? Atau mungkin...sebenarnya aku tak harus bingung. Pasang saja wajah yang ada tanpa rekayasa apa-apa. Kalau memang sedang babak belur, jadilah babak belur. Kalau tawanya sedang lebar, biarkan dua sudut bibir tertarik ke atas sampai pegal. Terlalu lama mengoleksi topeng-topeng untuk membaur agar diterima kadang membuatku lupa wajah asliku bagaimana. Dan ternyata itu melelahkan.

Tapi, aku mulai menyayangi si seribu wajah ini. Ternyata begini ya rasanya jatuh cinta dengan diri sendiri. Ternyata...begini ya rasanya memeluk diri sendiri, menerima, juga berusaha lebih baik untuk bertumbuh lagi nantinya. Ternyata lebih menyenangkan dan menenangkan kalau aku berteman dengannya alih-alih memaki semua kurangnya. Ternyata lebih melegakan membiarkan luka-luka menganga dan terlihat mata alih-alih mencoba menganggapnya tak ada, lalu membiarkannya menghabisi warasku saban malam. Mamah, aku menang bertarung melawan rasa takutku!

Mungkin, topeng-topeng koleksiku itu akan teronggok di gudang ingatanku mulai hari ini. Mungkin sesekali akan kuambil dan kupakai lagi, tetapi tak akan kubiarkan ia membuatku lupa dengan wajahku sendiri. Mungkin, nanti entah kapan, akan ada yang bisa menerima wajah dibalik topeng-topengku itu, tak peduli sedang babak belur atau buruk rupa.

Jadi, topeng mana yang ingin dipasang hari ini? Nona? Tidak perlu. Biar dunia lihat bagaimana pertempuranku dengannya aku selesaikan akhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Rayakan

Selamat Merayakan Cinta Sepanjang Usia Yang Kita Punya

preparation for death