Mari Rayakan
Aku ingin kalian tahu, dibalik ribuan alasanku ingin pergi, nama mamahku layaknya obat merah Arak Cina-ampuh membuatku bertahan hingga kini.
Tapi, bagaimana jika aku mati?
Ini sebuah undangan untuk merayakan kematianku. Berdukalah secukupnya, lalu kembali bersuka cita dengan hidup kalian seperti biasanya.
Anggap aku tidak pernah mati, karena aku akan lahir kembali sebagai aroma sebelum hujan, langit sore keunguan, bokeh lampu kemacetan, rasa gurih pada saus kacang sate, atau alunan musik sedu tanpa vokal. Anggap aku tidak pernah mati, karena aku akan mampir berupa kupu-kupu manis masuk lewat jendela menjelang bulan suci, setahun sekali. Anggap aku tidak pernah mati, karena nantinya aku akan muncul di serangkaian perasaan aneh yang tidak bisa dijelaskan. Tenang, aku akan selalu membiarkan semesta bekerja dan semua tidak akan ada yang sia-sia.
Pakai baju hitam kalian yang paling nyaman di pemakamanku. Berikan tangkai-tangkai bunga sedap malam putih segar di atas nisanku, layaknya merayakan kelahiranku, kelulusanku, atau pernikahanku. Bawa payung agar pikiran kalian teduh, siapa tahu panas terik. Tapi, aku pikir lebih baik jika hujan rintik. Dengungkan ayar-ayat kitab suci, tidak perlu dengan suara lirih. Secukupnya saja tanpa aku. Tolong titip maaf dan terimakasih. Aku tahu hal ini akan sampai pada kalian nantinya.
Walau selalu ingin meromantisasi hidupku, tapi pastikan hari kematianku biasa saja. Hingga aku bisa tahu tebakanku-dengan sayup-siapa saja yang di sisiku untuk terakhir kali, atau pertama kali.
Ini sebuah undangan untuk merayalan kematianku, perhelatan yang hening, sepi, dan biasa saja
Komentar
Posting Komentar