Aku ceroboh, pantas saja banyak tentangku yang roboh.
Kemarin, cerobohnya diriku hanya tentang langkahku yang tersandung. Namun, hari ini cerobohnya diriku sudah sampai tentang diri yang merasa tak pernah beruntung. Jika satu atau dua kali dikatakan gagal, apakah jika lebih dari itu sudah boleh untuk dikatakan sial?
Sekarang kegiatanku mencari-cari tentang mana bagianku yang masih utuh.
Sebab, aku gagal dalam mengenali diri, buta akan siapa diri. Bahkan, tentang mengetahui warna kesukaanku saja sudah sangat membuatku bangga terhadap diri yang sulit untuk di duga. Aku hilang arah, juga telah berdarah. Rasanya mataku seperti tertutup oleh sesuatu - Sangat gelap, membuatku bingung kemana harus bersiap.
Aku adalah manusia yang rakus. Karena, bukanya setiap apapun hanya boleh dibagi satu-satu saja? Tapi setelah aku gagal dalam menjaga kesehatan jasmani, aku juga gagal dibagian menjaga kesehatan jiwa atau mentalku. Dulu yang tak pernah kenal ruangan itu, kini sudah menjadi pasien dengan diagnosis yang tak lagi satu.
Memang, ini bisa disusun kembali?
Aku lupa, lupa akan jalan kembali. Hati ingin menyapa diri pada masa yang tak kenapa-kenapa. Ingin kembali tertawa tanpa takut memikirkan apa yang akan menjadi bayaran tawa itu, ingin kembali berkeliling tanpa rasa takut dengan orang-orang di sekeliling.
Kemana hilangnya tembok keberanian akan mimpi-mimpi itu? Kemana juga hilangnya semangat-semangat yang tersimpan dalam lubuk hati yang hangat? Sudah tak lagi berani, tak lagi takut menyendiri, dan tak lagi mencoba berdiri. Fase yang sangat tak pernah aku duga ternyata terjadi juga. Aku sumbangkan seluruh tenaga, demi harapan agar aku kembali gagah.
Yang sudah berusaha membantuku agar kembali tersusun, banyak harap baikku untukmu. Semoga cepat lepasnya aku dari fase yang lebih seram dibandingkan film horor yang aku tonton kemarin malam. Tuhan, tolong bantu nana, ya?
Komentar
Posting Komentar