Soulmate

Apakah ada benang tak kasatmata yang sengaja diikat sebelum kita dilahirkan? Sebelum semesta menuliskan takdir di tangan kita?

Apakah hatiku telah mengenal namamu sejak sebelum bibirku bisa menyebutkannya?

Ada yang menyebutkan, belahan jiwa itu bukan sekedar pertemuan, melainkan pengakuan. Seperti dua sungai yang mengalir jauh, menempuh badai, berkelok-kelok dalam kesunyian, hingga akhirnya bertemu di muara yang sama. Apakah kita adalah arus yang tak bisa dihentikan? Yang dipertemukan oleh waktu setelah sekian lama menunggu dengan tingkah yang tak menentu.

Kamu bukan hanya kisah yang tak tertulis dalam angan, kamu adalah gema dari masa yang entah kapan bermula-sebuah nyanyian yang nadanya telah terpatri di jiwaku, meski aku sangat asing dengan lantunannya.

Kita adalah dua cahaya yang mengembara di belantara jagat raya, terpisah oleh jarak yang tak terukur, namun dijaga oleh magnet yang tak kasatmata. Seperti rembulan yang selalu tahu ke mana matahari tenggelam, aku pun selalu tahu bahwa hatiku ditautkan-oleh nadimu.

Dalam ribuan nama yang berserakan seperti pasir di pantai, jiwaku hanya mengenal satu; kamu.

Seakan ada sesuatu dalam dirimu yang telah lama kuingat , meski aku tak tahu, kapan aku pernah mengapalnya. Bukankah aneh? Kita lahir dari hal yang berbedaa, tumbuh dengan luka yang berbeda, namun saat mata kita bertemu, ada binar yang tak bisa dijelaskan.

Barangkali jiwa kita telah mengenal sebelum tubuh ini berbalut daging, sebelum waktu elahirkan batas-batas fana. Mungkin kita adalah serpihan dari kisah yang sama, terlempar ke sudut dunia yang berbeda, hanya untuk saling menemukan dalam keabadian.

Dalam dirimu, aku menemukan rumah; hangat tanpa dinding, teduh tanpa atap.

Kamu adalah aksara yang mengisi celah kosong dalam puisiku, melodi yang menyempurnakan sunyi di dadaku. Setiap lirih langkahmu membangunkan getar-getar yang tertidur dalam diriku, seperti ombak yang selalu tahu ke mana ia harus berpulang.

Jika belahan jiwa adalah tentang menunggu di perjumpaan, maka aku telah sampai di halaman jiwamu. Dan meski semesta selalu punya alur yang tak pernah di beri kisi-kisi, kita akan tetap tertulis disana, sebagai dua manusia, yang pernah saling mengisi.

Jadi apakah kamu sang belahan jiwa, atau hanya akan menjadi sebuah persinggahan yang menghadiahkan tawa? Semoga, kamu bukan sebuah cerita yang kututup dengan kata "akhir"

Curi separuh jiwaku, jika kau butuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sebab Tuhan adalah perancang terbaik

Rak Sepatu yang Sama

'diriku'