Who's going to be proud of me when I'm still failing?
Aku sering bertanya-tanya kenapa aku selalu merasa seperti mengejar sesuatu yang terus berlari. Seberapa keras aku pun berusaha, rasanya aku tak pernah bisa meraihnya. Aku telah memberikan segalanya-malam tanpa tidur, bangun pagi-pagi buta, pengorbanan-namun rasanya tak pernah cukup. Dan di saat kegagalan-kegagalan itu aku tak bisa menahan untuk bertanya;
"Siapa yang akan bangga padaku jika aku terus gagal?"
Aku melihat sekitar, melihat keberhasilan orang lain, penghargaan, dan pencapaian mereka. Aku tak bisa menyembunyikan rasa iri. Aku bertanya-tanya apa yang salah denganku, kenapa aku tak mendapat kesempatan, kenapa kesuksesan selalu terasa jauh dari jangkauan? Di tengah keraguan diri seperti ini, aku tak bisa berhenti mempertanyakan;
"Apakah ada yang bangga padaku?"
"Apakah ada yang melihat usahaku?"
"Apakah ada yang percaya padaku meski aku sering gagal?"
Setiap kali membuka media sosial, aku seperti diserbu oleh gambar-gambar kehidupan sempurna, penampilan sempurna. Aku tak bisa menahan perasaan tidak cukup. Aku membandingkan diri dengan orang lain, mengukur nilai diriku dengan standar mereka, dan merasa begitu kekurangan. Di saat-saat putus asa, aku bertanya-tanya;
"Siapa yang akan bangga padaku saat aku masih berjuang untuk mencapai standar itu?"
Setiap kali berkumpul bersama keluargaku, aku dikelilingi oleh pertanyaan tentang pencapaian, studi, dan hubungan asmaraku. Dalam hati, aku merasa seperti sebuah kekecewaan. Aku berusaha untuk menunjukan sedikit kebanggan saat menceritakan tentang kerjaan-kerjaan di kantor, tapi jauh di dalam aku tahu bahwa aku belum berada di tempat yang diinginkan. Dalam momen-momen rasa malu itu, aku tak bisa berhenti bertanya;
"Siapa yang akan bangga padaku jika aku belum memenuhi harapan mereka?"
Mungkin aku sangat mendambakan pengakuan, validasi, seseorang yang bisa melihat melewati kegagalanku dan menemukan potensi di dalam diriku. Aku berharap ada yang memegang tanganku dan berkata bahwa jatuh terduduk, gagal, dan merasa bingung itu wajar. Di saat-saat rapuh seperti ini, aku tak bisa berhenti bertanya-tanya;
"Siapa yang akan bangga padaku ketika aku masih mencari jalan?"
Mungkin kebanggan tidak hanya untuk momen sukses, kemuliaan, dan kemenangan. Mungkin kebanggaan ditemukan dalam perjalanan itu sendiri, dalam ketahanan, ketekunan, dan tekad untuk terus maju meski menghadapi rintangan. Mungkin kebanggaan ditemukan dalam kemenangan kecil, pencapaian kecil, momen pertumbuhan, dan penemuan diri di sepanjang jalan.
Mungkin kebanggan ditemukan dalam orang-orang yang mendukung, percaya, dan menyemangati kita bahkan saat kita ingin menyerah.
Mungkin kebanggaan ditemukan dalam cinta keluarga dan teman, dalam dukungan tanpa akhir, penerimaan tanpa syarat, dan penegasan bahwa kita cukup seperti apa adanya.
Mungkin kebanggaan itu berasal dari diri sendiri. Dari keberaniaan untuk terus berjalan meski sulit. Dari ketahanan untuk bangkit dari kegagalan. Dari kekuatan untuk terus percaya pada diri sendiri meski seluruh dunia tidak.
Mungkin kebanggan sebenarnya terletak pada kesadaran bahwa keberhasilan bukan sekedar ukuran dari luar, melainkan perjalanan menemukan dan menerima diri sendiri.
Mungkin lain kali saat aku bertanya-tanya siapa yang akan bangga padaku ketika aku masih gagal, aku akan ingat bahwa kebanggan bukan ditentukan oleh penilaian orang lain. Aku layak merasa bangga hanya karena aku telah mencoba, karena aku telah tumbuh, dan karena aku telah belajar mencintai diri sendiri meski memiliki kekurangan.
Komentar
Posting Komentar