Untuk Mereka yang Paham
Bukan untuk semua, karena kamu bukan dunia yang bisa dimiliki siapa saja. Kamu adalah langit yang hanya cukup untuk satu pandang, bukan ribuan mata yang hanya ingin singgah.
Hidup ini, bukan tentang bisa menjadi semua hal untuk semua orang. Kami bukan api unggun yang harus membakar diri agar dianggap ada. Sebab, ada mereka yang tak meminta kamu jadi pelangi, mereka hanya bersyukur kamu masih langit, meski kadang kosong, meski kadang mendung.
Karena bukan jumlah orang yang melihatmu yang menentukan nilaimu. Tapi satu jiwa yang bersyukur kamu pernah hadir, dan menyimpan namamu di hatinya seperti rahasia yang suci.
Kamu hanya perlu hadir untuk mereka yang mencintai keberadaanmu tanpa syarat. Ada jiwa-jiawa yang tidak pernah memintamu sempurna, yang mencintaimu seperti bumi mencintai hujan-dengan syukur,meski tahu kamu tak bisa turun setiap waktu.
Untuk mereka, kamu tidak harus selalu kokoh, cukup ada, cukup jadi kamu yang seadanya, dan itu sudah dianggap mukjizat. Mereka yang mencintai patahmu sama seperti utuhmu, yang tidak menunggumu berubah, tapi menunggumu nyaman untuk membuka dunia kecilmu.
Mungkin kamu pernah merasa seperti pertanyaan yang tak kunjung dijawab.
Tapi bagi seserorang di ujung sana, kamu adalah jawaban yang mereka harapkan sejak lama yang akhirnya datang dalam bentukmu dengan luka, dengan letih dengan apa adanya.
Kamu layak untuk dicintai bukan karena kuat, tapi karena justru rapuh. Bukan karena sempurna, tapi karena terus berusaha. Dan, bukan karena megah, tapi karena pada dirimu, semua syukur menemukan rumahnya.
Kamu hidup untuk mereka yang tak bisa menikmati kopi malam tanpa hasil racikanmu-sebab hanya resepmu yang mampu mengelus lembut tenggorokan setelah lelah menahan jerit.
Kamu hidup untuk hujan yang hanya mau jatuh di telapak tangannmu-sebab tanah terlalu keras bagi rintik yang terpaksa turun.
Dan, kamu hidup agar dunia memiliki jiwa dengan senyuman yang baru walau kadang, dunialah penyebab wajahmu cemberut.
Kamu hidup bukan untuk semua, tapi untuk mereka yang akan menangis saat kamu tak lagi ada. Mereka yang diam-diam menyebut namamu dalam syukur, karena kamu dengan segala kekuranganmu dan luka pernah membuat dunia mereka terasa sedikit lebih hangat.
Komentar
Posting Komentar