Walau tanpa sorak, walau tanpa peluk.
Bertahanlah, lanjutkanlah, walau tanpa sorak, walau tanpa peluk.
Sebab separah apapun hari ini, kau masih layak untuk esok.
Bertahanlah, meski langkahmu tak diiringi gendang kemenangan.
Meski dunia enggan menyapamu dengan wajah yang hangat. Ada hari-hari yang datang seperti hujan yang mengamuk, menggerus tanah di telapak hatimu, hingga segalanya menjadi lumpur sunyi. Tak ada yang mengetuk pintu, tak ada yang bertanya apakah hatimu masih berdetak, atau telah menjadi reruntuhan yang malas merintih.
Dengarkan aku, kamu tak perlu menjadi megah cukup menjadi batu kecil yang tak ikut hanyut meski sungai menghentak di sepanjang musim. Karena tak semua besar disambut gegap gempita.
Lanjutkanlah, meski hari tak memberimu tempat duduk.
Dan malam datang tanpa selimut pembawa kantuk. Karena tidak semua pahlawan bersenjata; beberapa hanya membawa luka dan napas yang terseret pelan di lorong yang tak pernah disorot panggung dan mungkin pahlawan itu adalah kamu. Karena esok mungkin tidak membawa peluk tidak membawa pesta atau tepuk tangan, tapi ia bisa membawa sedikit tenang, sedikit lega, dan itu kadang lebih berharga dari segala keramaian.
Kadang, dunia ini seperti panggung tanpa lampu bukan? Kamu adalah tokoh utama yang dipaksa mendalami peran dengan dada robek tanpa penonton, tanpa tepuk tangan, hanya disaksikan oleh langit yang pura-pura peduli. Maka dari itu, bertahanlah meski hari terasa seperti pengulangan kehilangan. Dan satu-satunya yang menemanimu adalah detak denyutmu sendiri.
Lanjutkanlah, karena bahkan bunga terakhir yang mekar di musim kemarau disebut keajaiban. Dan kamu adalah keajaiban yang belum selesai diceritakan.
Kau berjalan tapi tak pernah tiba. Tak ada yang paham bahwa setiap bangunmu adalah peristiwa berkabung untuk harapan-harapan yang mati diam-daim di tengah malam tanpa ada yang sempat mendoakan. Tapi, tolong menetaplah. Tinggalah. Bukan karena dunia membutuhkanmu, tapi karena kamu belum selesai mencintai dirimu dalam segala versi.
Karena jika kamu menyerah hari ini, tak ada yang akan mencatat bahwa kamu pernah jadi pejuang yang berdarah tanpa sorak, yang menangis tanpa peluk, yang tetap bangkit walau semesta pura-pura tidak melihat.
Komentar
Posting Komentar