Bukan Mangga, Mah
Kata mamah, aku cocok menjadi buah mangga. Aku menjawab aku tidak mau, karena aku ingin menjadi buah delima. Lantas, apa yang mamah pikirkan tentang anak nakal sepertiku, ya? Aku berdebat kecil dengan mamah karena hal sepele, hal sepele yang membuatku tersinggung. Apa yang membuatku demikian? Aku duduk sejenak dan berpikir apa saja yang membuat keadaan rumit, padahal semalam kita masih masih membicarakan serial tv berdua. Aku tidak tahu apa yang mamah pikirkan, begitu pula mamah hanya memikirkan hal-hal yang tidak pernah aku permasalahkan. Aku bersama mamah selama sembilan bulan dalam kandungan, lahir dan diurusi mamah sampai kini usiaku menginjak kepala dua lebih dua, namun untuk saling memahami mengapa kami rasanya sulit sekali? Aku ingin mamah melihatkku dari sisi yang berbeda, bukan hanya sepotong bolu pandan yang membuatnya kagum, bukan hanya segudang prestasi yang membuatnya bangga, bukan karena secangkir teh hangat yang ku sajikan di sore hari. Tidak, tapi aku juga ingin mamah m...