sisa
Kita bergantian menjadi pisau dan perban, bergantian menyakiti dan memaafkan.
Kita, selalu demikian sampai akhirnya itu berubah menjadi jarak, dan jarak dalam konteks apapun sungguh dekat dengan kehilangan.
...
Namun sering aku membayangkan, jika kita bisa memulai lagi harusnya kita tak perlu terburu-buru menamai segala yang kita rasa.
Memulainya dari keberanian untuk jujur tentang apa yang kita inginkan, dan apa yang sebenarnya tak mampu kita penuhi.
Karena, toh... bukankah kita sudah tahu kalau cinta juga bisa letih?
Terlalu banyak hal yang ingin kuubah
Namun begitulah, waktu tak bisa diulang.
Ia cuma bisa memberi pelajaran, dan itulah kenapa "Andai saja" jadi frasa yang terdengar memilukan.
Komentar
Posting Komentar