Surat Panjang untuk Waktu
Waktu, jika kau adalah seorang manusia. Jika saja. Kemanapun kau pergi akan aku beri jalan, juga mungkin malah jalanan yang cepat agar kau bisa pergi lebih awal entah kau nanti akan bekerja, berbelanja, atau mungkin menikmati taman di sore hari. Waktu, jika kamu berwujud sebagai sesuatu yang bisa aku rawat, akan aku jaga selayak-layaknya. Aku banyak ruginya saat bergandengan denganmu, salahku sendiri.Aku pun tahu sekarang kamu sedang berada disekitarku, disekitar keluargaku, disekitar teman-temanku, dan mungkin orang-orang yang ada di dunia ini. Waktu, aku tak tahu apakah aku yang lali atau kau yang lari-lari terlalu cepat. Jika saja boleh aku memintamu bergegas dengan lambat laun seperti motor bebek di tahun 90-an, pasti lututku akan segera menyentuh lantai bumi untuk memohon padamu.
Jika suatu hari nanti kamu tak menjamahku lagi, jamahlah orang-orang yang aku sayangi.
Aku sungguh bersyukur, kamu masih menjamahkku disini. Aku bersumpah, bisa membuat susu coklat panas kesukaanku di malam hari pun rasanya aku sudah hidup. Aku sudah tak membutuhkan apapun selain ketenangan. Waktu, tuntutanmu sungguh banyak, rentetan peristiwa yang harus aku langkahi dengan tabah walau banyak marahnya, semua emosiku yang harus berubah setiap kali aku merasa harus merasakannya, peran yang harus aku ambil karena dunia sudah berbincang padaku bahwa aku harus menggantikannya aku memerankannya. Jika aku bisa berbincang denganmu di depan teras rumahku denga secangkir susu coklat panas atau kopi hitam yang akan segera aku suguhkan untukmu karena pembicaraan ini kuharap akan panjang dan aku tak mau tenggorokan kita mengering seperti savana yang panas. Aku takkan banyak merayumu karena masa laluku yang harus aku lalui, aku tak mau sekalipun membuatmu mengubah hidupku, aku hanya ingin kau selalu menjamahku dan orang yang aku sayang. Aku ingin kau mengizinkan menghidupi diriku dengan semua hal yang bisa membuatku hidup, secangkir susu coklat panas, lagu-lagu yang ditulis baskara di dalam playlistku, buku-buku novel fiksi yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi, film yang bisa memenuhi hasratku untuk menyambung hari satu per satu.
Maaf aku banyak maunya, tapi bukankah tak apa jika hanya sekedar berharap? Kau tak perlu memenuhinya jika tak mau.
Aku ingin kau dan aku berjalan selaras, aku sudah banyak berbentrokan denganmu, aku sudah banyak berseteru denganmu, aku sudah banyak marah dan muak denganmu jika aku boleh jujur dengan membawa hatiku yang rapuh ini. Mungkin jika kaku anggap ini adalah surat permintaan maafku untukmu juga takkan bisa ku sangkal, waktu. Sungguh, aku tak pernah sekalipun peduli saat kau mendorongku agar berjalan lebih cepat, tapi sekarang. Sekarang aku rasa aku sudah cukup ditekan. Tak sekai dua kali aku menyimpan percobaan menyudahi hidupku layaknya halaman terakhir buku yang harus aku lahap sebelum aku resmi menyelesaikannya, layaknya setetes terakhir susu coklat panasku yang menetes jatuh meyentuh lidahku, semuanya sudah kutanam di dalam saku. Aku sudah cukup paham jika aku harus bertarung dan bertaruh denganmu demi sesuatu yang berharga atau lebih buruknya demi egoku sendiri, aku paham. Namun bolehkah kita menghabiskan dunia ini dengan sedikit ketenangan dan kedamaian? Aku ingin kita bisa berjalan sore hari mengitari tempat-tempat yang sejuk, aku ingin kita bisa menikmati musik-musik yang melantun merdu, aku ingin kita bisa mencoba semua makanan hangat enak di malam hari yang dingin. Aku rasa aku terlaly banyak memintamu untuk berjumpa denganku, bahkan lebih dari sekedar berjumpa. Tapi itu yang kuharapkan.
Waktu, jika suatu hari nanti kau harus menarik tanganku agar kakiku bisa berjalan lebih cepat dari yang seharusnya aku melangkah maka tolong, jika aku tersandung atau terjatuh tolong angkat aku lagi. Sekali lagi. Itupun jika kamu berkenan, aku harapkan kau membawakanku sesuatu yang baik dalam masa-masa aku terpuruk. Aku harap kamu tetap memberiku cahaya matahari yang hangat tepatnya pada jam 7 pagi, aku harap kamu izinkanku tersusur cahaya bulan walau tersekat oleh dinding kamarku jika aku sedang terbenam dibawah selimut hangatku di kamar.
Komentar
Posting Komentar