antipati
Dia akan selalu menjadi bunga liar di kepalaku. Alasan atas segala hal yang menahanku untuk membuka pintu untukmu.
Alasan mengapa aku selalu ragu. Alasan mengapa aku tidak bisa membiarkan "kita" terjadi. Mungkin jika bukan dia, orang yang begitu kau damba sebelumnya semuanya akan jadi lebih mudah. Jika saja kamu tidak membiarkanku tenggelam dalam pikiran tentang bayangnya dihidupmu semuanya akan lebih mudah. selama ini apakah aku bagian dari distraksi rasamu untuknya? Apa selama ini kau menaruh matamu padaku karena dia tidak pernah menoleh ke arahmu?
Jangan begitu congkak, melihatnya tidak membuatku menyesalimu. Saat aku melihatnya yang aku pikirkan adalah bagaimana mungkin wanita seperti dirinya dan diriku terpaku pada laki-laki sepertimu. Dalam beberapa aspek aku tahu dia melihatmu dengan cara yang sama dengan caraku melihatmu. Hanya saja dia lebih pandai memainkan permainan itu. Sedang aku memilih pergi saat aku melihat hal pertama yang aku tidak sukai tentangmu. Aku begitu angkuh dan yakin bahwa penilaianku tidak akan salah. Bahwa pilihanku untuk pergi adalah benar. Dan waktu terus membuktikannya. Sempat kuharapkan semua penilaianku salah, namun terima kasih Tuhan aku mampu pergi lebih awal.
Aku tahu dia memberikan sesuatu yang egomu lahap dengan buta. Akan tetapi kamu tetaplah dirimu. Akan kuberitahu sesuatu, wanita seperti dirinya dan diriku. Kami tahu apa yang kami butuhkan atau tidak, tentang meninggalkan? Itu hanya masalah waktu. Kamu cukup lakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati kami, dan akan tiba hari selasa yang kami pilih secara acak untuk pergi.
Bedanya dirinya dan diriku juga hanyalah perihal waktu. Cara kami memaknai hidup serupa, tapi diriku telah belajar lebih awal tentang pergi tanpa berisik. Yang dijalaninya hari ini adalah hari yang aku pilih untuk tinggalkan sejak lama. Kami berbeda, snagat. Tapi aku mampu melihat diriku dalam dirinya. Aku tahu cara kami berpikir serupa. Tapi kami tetap berbeda. Kami membenci hal yang sama, tapi cara kami membenci jelas berbeda. Tingkat kebencian kami pun tak sama.
Bagiku kamu adalah seorang pecundang. Yang entah mengapa, kau biarkan isi kepalamu begitu terbuka, dan setiap langkahmu begitu mudah untuk terbaca. Terkadang kusesali caraku meninggalkan, namun kubanggakan diriku atas hal yang sama di waktu lainnya. Sesekali akan kutuliskan craaku melihat dan menilaimu, sehingga kau tahu tulisan ini tidak mengandung kerinduan tai sebuah antipati.
Komentar
Posting Komentar