Dirundung kagum seorang diri
Aku pernah bilang kan, bahwa kamu menakjubkan? Seluruh syairku tak pernah mampu mengabadikan kamu; dia memberontak sebab tidak ada diksi yang mampu mewakili sinyalir cahaya mengenai kamu. Setumpuk kagumku bermetafora sebagai jalan panjang untuk mendoakanmu tanpa putus; setiap hari. Namun pada suatu hari, bentuk kagumku tidak lagi ditemukan di mana-mana. Dia tidak lagi berserakan di jalan, tidak tersusun rapi di dalam paragrafku, tidak lagi ditemukan eksistensinya di mana pun. Sebab bentuknya sudah terkurung dalam peti mati, terkubur dalam tanah setelah upacara simbolis yang menyatakan tugasku untuk mengagumimu sudah purna dan perlu ditamatkan. Aku bilang kan, suatu saat aku akan kelelahan dirundung kagum seorang diri? Sebab setiap kagumku bermuara, kamu tak pernah punya tempat pemberhentian untuk mempersilahkan. Mengagumi yang diusahakan seorang diri adalah kekelahan yang terus-menerus kutahan. Maka kali ini, aku mengemasi seluruh barang bawaanku. Epi...