Egosentris
Pagi ini, kulihat kejadian yang tak pernah kubayangkan,
Saat aku berangkat kerja, seolah dunia terhenti sejenak,
Di atas jembatan, sosok cowo menggantung kaku,
Entah apa yang melintas di benaknya malam tadi,
Pemandangan itu membuat hatiku bergejolak,
Emosiku terguncang, ketidaknyamanan merasuki jiwa.
Setibanya di kantor, cerita pun tersebar,
Katanya dia seorang guru musik,
Dia meninggalkan note, penuh dengan derita,
Gambaran kepedihan yang terlalu detail dan depresif,
Alasan mengapa akhirnya ia memilih untuk pergi,
Mengikuti ego yang membawa pada akhir yang tragis.
Aku merasa terguncang, terpicu oleh kenyataan ini,
Namun di tengah semua ini, kutemukan satu jalan,
Menulis, inilah pertahananku, kekuatanku,
Di atas kertas putih, akan kuluapkan segala rasa,
Entah tentang diriku, entah tentangmu,
Atau tentang apapun yang ada di dunia ini.
Kertas putih ini jadi saksi biru,
Tetesan air mata yang tabu,
Pancaran mata yang mempilu,
Aku akan terus menulis, menuangkan segalanya,
Tidak akan kuakhiri hidupku, demi diriku sendiri,
Aku akan terus menulis, dan menemukan kekuatan,
Di setiap kata yang kuukir, di setiap baris yang kubuat.
Dalam huruf-huruf ini, kutemukan ketenangan,
Dalam sajak-sajak ini, kutemukan kebebasan,
Setiap kata menjadi penawar luka,
Setiap baris menjadi pelipur lara,
Aku akan terus menulis, dan tak akan menyerah,
Menemukan diriku dalam setiap paragraf,
Menemukan hidup dalam setiap sajak yang kutulis.
Di atas kertas putih ini, kutemukan diriku,
Kekuatan yang tak tergoyahkan, semangat yang tak pudar,
Aku akan terus menulis, melawan gelap dengan kata,
Mencari cahaya dalam setiap kalimat,
Dan menemukan harapan dalam setiap sajak yang kulukis.
Komentar
Posting Komentar