Tukar Jiwa
Apakah harus tukar jiwa dulu baru kita bisa saling mengerti?
Tahun ini sudah sampai bulan juni, tapi
barangkali masih ada hati yang belum sembuh
selepas perpisahan, apalagi berada di
antara orang-orang yang jalan mencapai cita
dan cintanya mulus-mulus saja. Maka patah
hati hanya macam cerita lucu yang pantas
ditertawakan. Bucin, katanya.
Barangkali, masih ada pula yang sibuk
menjalankan bisnis kecil-kecilan dengan
penghasilan naik-turun, dirintis pelan-pelan dan
ia berada di antara orang-orang yang bekerja
sebagai karyawan swasta maupun abdi negara
dengan penghasilan bulanan yang pasti. Maka
bisnis kecil hanya lelucon, buang tenaga tak ada
hasil. Kapan mau kaya? Begitu celotehnya.
Barangkali, masih ada juga yang sibuk menekuni
bakat dan minat, entah melukis, kerajinan tangan,
menulis, atau apapun itu, dan ia berada di antara
orang-orang akademis yang pikirannya serba
matematis, logis, dan realistis, Minat bakat
berupa kerajinan hanya bualan, dongeng tulisan
hanya romansa abu yang penuh halu, melukis
hanya perihal visual semata.
Untuk beberapa hal, kita mungkin akan jadi
berbeda dari orang sekitar. Dan kita tidak
perlu susah payah berlelah-lelah menjelaskan
perbedaan itu, karena percuma, mereka tidak
akan mau mengerti. Kita hanya butuh yakin
pada diri sendiri serta berusaha lebih keras lagi
agar menjadi berkilau dengan sesuatu yang
(dianggap) "berbeda" itu.
Komentar
Posting Komentar