Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2024

Reason

Aku tidak pernah bisa jawab pertanyaanmu soal kenapa aku suka kamu. Kadang kupikir, karena kamu baik mungkin? Tapi tidak, terlalu umum kedengarannya. Karena kamu kalau ngomong selalu lembut? Bisa jadi. Tapi itu lucu. Atau karena gaya hidupmu yang tidak pernah  kamu buat-buat? Mungkin itu. Tapi apa iya hanya satu? Duh aku tidak pandai soal mengutarakan. Bisakah alasan menyukai adalah dengan tidak beralasan? Sungguh jawaban tadi masih kurang mewakilli Buatku kamu terlalu penuh kejutan untuk  sekali disimpulkan. Kamu adalah cerita indah yang tidak habis kuceritakan.

Sedap Malam

Boleh tidak ya, aku mengajukan jatuh hati tanpa menaruh harap apa-apa? Ingat obrolan terakhir kita, perihal kerumitan dunia dalam isi kepala orang dewasa? Kesibukan manusia yang jalannya menyaingi jam terbang pesawat di langit, laju kehidupan yang membuat kita menarik lepas berat supaya tidak menyerah di bab kehidupan satu kali lagi, juga hal-hal rumit sebagai orang dewasa yang tak pernah sempat diajarkan di buku sekolah dahulu.  Aku rasa, orang dewasa punya banyak sekali hal rumit di kepalanya sehingga untuk senang pada hal kecil, kita tidak mampu. Ingat bagaimana bahagianya kita saat hanya karena menonton kartun favorit di televisi, ingat bagaimana bentuk bangga mengendap-endap dalam dada setelah berhasil mendapatkan kertas bintang sebagai apresiasi berani menjawab di sekolah? Saat dewasa, kita tidak pernah bisa melihat dunia sesederhana itu Jadi di tengah kerumitan manusia di masa dewasa, aku ingin mengajukan izin untuk menyederhanakan jatuh hati sebagai partikel yang tidak memb...

Tuhan Tak Pernah Berjanji

tak ada yang dijanjikan tuhan pada malam yang menuntutnya untuk tetap terang,  sehingga menjadikan bintang-bintang murka pada mereka yang membuatnya tiada. tak ada yang dijanjikan tuhan pada hujan yang tetap membumi meski tak direstui, sehingga awan-awan terus menangis  sebab menampung doa-doa yang tak digubris. ada yang tak sempat disampaikan tuhan  pada perumpamaan-perumpamaan; sesuatu yang tak pasti hingga akhirnya mati. dan pada purnama kesekian, tak ada lagi harapan untuk tetap bertahan pada kemungkinan-kemungkinan. tetapi ada satu hal yang disampaikan tuhan kepada mereka yang hilang: "kau akan terus tumbuh, meskipun keadilan tersisa separuh"

Topeng Mana Yang Dipasang Hari Ini, Nona?

Aku adalah rahasia paling besar yang kumiliki. Tak ada yang benar-benar tahu mati nyala yang kusembunyikan di dalam tubuhku. Kadangkala, aku pun tak tahu sampai-sampai kelabakan sendiri kalau-kalau ada "aku yang baru" yang muncul dan belum pernah kutemui. Kadang ia menyeramkan, kadang ia menenangkan. Mungkin aku adalah kontradiksi paling rumit yang pernah kulihat dan kurasakan secara langsung. Pagiku kadang menjelma jadi malam, malamku kadang menjelma jadi seram dan kelam. Tapi, kadang malamku juga jadi pagi yang cerah sampai senyumku enggan tenggelam dan rahangku pegal. Aku bisa jadi petir, bisa jadi badai, bisa jadi ombak, bisa pula jadi angin. Aku bisa jadi langit mendung, bisa juga jadi matahari. Inginnya si aku jadi matahari terus, tapi dunia tak mungkin terang selalu, bukan? Justru karena gelap, terang jadi punya arti. Maka kalau aku sedang jadi badai atau topan, kini aku mulai paham kalau semua tak apa. Aku tumbuh dipupuk doa-doa mamahku, juga disiram penghargaan bapak...

Buram Yang Jelas

Aku benci hidupku. Jangan tanya kenapa, karena bukankah karena setiap alasan yang jika kuutarakakan, tetap akan menjadi angin lalu saja? Karena menjadi manusia yang terlahir di bumi yang sama ternyata tidak menempatkan tiap-tiap jiwa pada kapasitas yang sama pula. Aneka kemudahan, kesulitan, perasaan, lingkungann, keluarga, asmara, atau apapun rajutan perjalanan manusia yang membuat bumi menampung ragam cerita. Itu kenapa untuk beberapa luka memang lebih baik disimpan pada tumpukan masalah yang berlalu-lalang seperti lalu lintas yang tidak mengenal istirahat. Atau cukup disembunyikan dalam tangisan yang diredam dengan bantal juga selimut kala orang rumah sudah terlelap. Aku benci diriku. Miris bukan? Ketika hidup yang harusnya tertolong dengan keyakinan pada satu-satunya nyawa yang selalu ada, lantas dimatikan dengan hukuman tidak boleh menyerah. Menjadi manusia, menyerahnya adalah bertahan. Tangisnya adalah senyuman. Rautnya adalah topeng perasaan. Ucapanya adalah kegetiran juga langk...

Tenggelam

Kali ini biarkan aku sedikit memaknai dengan liar, membayangkan kalau wajahmu adalah savana luas yang nyaman ditempati, aku ingin menetap. berteduh disaat hujan dalam rongga hidung mu, bermain di ladang -ladang lebat bulu mata mu. mendaki penat kedua belah pipi chubby mu.  atau sesekali mendekat dicelah-celah bibir mu biar aku bisa mendengarkan bahasa merindu siapa yang sering kau ucapkan dan sumur mata mu adalah tempat yang paling aku hindari sebab aku tahu, sekali saja terjatuh  disana maka aku akan tenggelam. dan sekarang aku sudah tenggelam