Hari Ini, Aku Ingin Mengadu

Nek, hari ini boleh tolong datang ke mimpi mamahku?

Nek, aku baru saja mengadu. Kepalaku memohon agar aku menjelaskan keruhnya lewat bibirku-sebab yang disimpan terlampau lama seringkali berakhir sebagai bom waktu. Aku mengadu perihal dunia; perihal takutku; perihal ketidakmampuanku; perihal gagalku. Ketika dunia tumpang tindih atas riuh suara manusia. Mamah menadah seluruh tangisku dengan cuma-cuma.

Seluruh risauku dibasuh tuntas oleh Mamah hingga kalutku terpeluk dengan hangat. Setelah mengadu pada Mamah dengan panjang isak tangis, aku punya segenggam keberanian untuk kembali menghadapi dunia. Lalu, aku paham Nek. Ternyata manusia perlu mengadu agar hidupnya kembali terpandu.

Ada satu malam paling dingin ketika aku menemukan raga Mamah menangis diam-diam dengan sehelai mukena putih yang memeluk tubuhnya. Bahunya merunduk rapuh seperti rak buku yang tak pernah ditelusuri rumpang kosongnya. Suara isak tangis Mamah tak terdengar, tapi itu menjadi sunyi paling berisik yang pernah kujumpai.

Itu membuatku terusik.

Ketika aku mengadu hancurnya duniaku pada Mamah, Mamah akan mengadu perihal lukanya pada siapa?

Aku punya Mamah yang memeluk seluruh lukaku tanpa banyak menuntut. Badai dalam kepalaku jinak oleh mengadu pada Mamah untuk menjemput tenang, Mamah perlu mengadu pada siapa atas lukanya yang bernanah?

Nek, malam ini boleh tolong datang ke mimpi Mamah? Tolong beri dekapan hangat untuk menadah luka-lukanya. Tolong basuh badai dalma kepalanya yang tak pernah dibagi pada siapa-siapa. Mamahku juga butuh mamah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Rayakan

Selamat Merayakan Cinta Sepanjang Usia Yang Kita Punya

preparation for death