preparation for death
Sejak resmi jadi orang dewasa saat membagikan nasi kuning di ulang tahun ke dua puluh., aku masuk ke sebuah dunia baru yang dicipta secara kolektif oleh para orang dewasa lainnya. Realita dimana setiap pilihan hidup adalah persiapan menyambut hari kematian. Waktu masih bocah aku pikir masa depan itu tentang profesi impian yang disalin ke buku tulis untuk tugas Bahasa Indonsesia. Naif betul karena dulu aku pikir membangun masa depan itu tentang berjuang meniti anak tangga supaya bisa sampai ke puncak cita-cita. "Apa susahnya sekedar menjajaki anak tangga? Tempat mainan mall di lantai lima dan gedung mall tidak punya eskalator. Naik turun tangga perkara gampil." Percaya diriku mengungguli puncak Himalaya dulu. Realisasi kemudian berdatangan ketika aku jadi remaja. Ternyata terangnya kulit dan angka yang muncul di timbangan itu lebih penting dari fasihku melafalkan sejarah politik orde lama. Tinggi badan ku lebih disoroti ketimbang berdirinya aku didepan semua peserta olimpiade ...