Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Setiap orang, pasti punya penyesalan dalam hidupnya.

Kamu pernah terbayang dengan sebuah cita-cita yang pernah kamu ucapkan? Dengan semangat membara yang telah kamu tanam? Kamu pernah terbayang, sebuah gelar yang diberikan atas bayaran dari banyaknya air mata atau pun usaha yang telah kamu lakukan? Namun sayangnya, setiap orang belum tentu bisa mencapai puncak setelah mendaki begitu lama, belum tentu yang menjadi cita terwujud dengan mudahnya. Ada yang memilih menyerah, lalu menyesal satu hari kemudian. Ada yang berhasil, lalu masih terus merasa kurang. "Hidup, tak melulu adil bagi semua orang. Ada orang yang jalannya penuh lubang dan tidak mulus, ada juga orang yang berlari sekuat tenaga lalu menemukan jurang si ujung jalannya." - Kutipan drama, Home Twon Cha Cha Cha, menit ke 39:53. Tujuan setiap orang itu berbeda-beda, ada yang memilih bersekolah tinggi-tinggi agar bisa mengejar profesi. Ada yang memilih membangun bisnis karena ingin memiliki usaha sendiri, ada juga yang memilih menikah muda, karena ingin berkeluarga dan m...

dan-sepanjang bentangan kebisingan di bumi, memang selalu mamah penenangnya.

Mah, dulu sekali aku menyenangi bermacam pemberian tanpa harus menyuarakan pinta. Mah, dulu sekali penyebab tangisku hanya karena rebutan remot tv dengan mbak atau mas. Mah, dulu sekali penantian terbayar lunas oleh kepulangan bapa dengan sebungkus gorengan atau seringnya tangan kosong, namun entah mengapa aku selalu lega. Mah, dulu sekali buncah perasaan kudapati lewat selembar kertas ulangan dengan angka sembilan. Mah, dulu sekali aku mudah menerima. Hingga perjalanan hidup beserta bayang-bayang bak mimpi buruk tak lelah datang padaku. Entah bentuknya deretan luka yang kian hari kian beraneka penyebabnya, atau karena kini ruang cerita yang dulu sempat hangat milik kita sudah dikeruk habis oleh tersitanya waktu karena hidup yang melaju. Mah, apakah ini namanya hilang arah? Mah, apakah ini pesan bernada lirih yang tersuarakan oleh melemahnya suaramu yang dahulu adalah pengingat penuh kelakar itu, yang bunyinya, "Na, jangan lupakan bahwa seluruh dirimu dibesarkan oleh tumpukan kuat...

Hari Ini, Aku Ingin Mengadu

Nek, hari ini boleh tolong datang ke mimpi mamahku? Nek, aku baru saja mengadu. Kepalaku memohon agar aku menjelaskan keruhnya lewat bibirku-sebab yang disimpan terlampau lama seringkali berakhir sebagai bom waktu. Aku mengadu perihal dunia; perihal takutku; perihal ketidakmampuanku; perihal gagalku. Ketika dunia tumpang tindih atas riuh suara manusia. Mamah menadah seluruh tangisku dengan cuma-cuma. Seluruh risauku dibasuh tuntas oleh Mamah hingga kalutku terpeluk dengan hangat. Setelah mengadu pada Mamah dengan panjang isak tangis, aku punya segenggam keberanian untuk kembali menghadapi dunia. Lalu, aku paham Nek. Ternyata manusia perlu mengadu agar hidupnya kembali terpandu. Ada satu malam paling dingin ketika aku menemukan raga Mamah menangis diam-diam dengan sehelai mukena putih yang memeluk tubuhnya. Bahunya merunduk rapuh seperti rak buku yang tak pernah ditelusuri rumpang kosongnya. Suara isak tangis Mamah tak terdengar, tapi itu menjadi sunyi paling berisik yang pernah kujumpa...

Jadi, beberapa mimpi adalah bunga tidur.

Aku mulai paham bahwa tak semua mimpi perlu diiringi oleh ambisi yang menggebu-gebu. Beberapa mimpi, hadirnya hanya sebagai bunga tidur ketika orang dewasa lelah menyerupai robot yang diperbudak oleh kenyataan. Mimpi yag terbit dari imajinasi aku di waktu kecil mengenai dunia orang dewasa atas terkaan anak berumur tujuh tahun.  Ketika seluruh sudut kehidupan sesederhana ingin bangun lekas agar dapat menonton kartun kesukaan setiap minggu pagi. Aku mulai paham bahwa tak semua mimpi mampu dikejar. Sebab seluruh impian yang diajukan oleh aku di waktu kecil, mulai digusur oleh realita yang perlu dihadapi oleh aku di masa dewasa. Sebab, tanganku terlampau kecil untuk mengusahakannya sebagai bentuk nyata yang mampu kurengkuh. Maka yang bisa kulakukan adalah terlelap tidur; menghibur aku di waktu kecil yang pernah bermimpi sebesar rentangan dunia. Sebab aku di masa dewasa, tak lagi berani bermimpi.