Satu porsi, sama rata.
Tulisan ini kubuat di awal pekan, sedikit berbeda dari biasanya. Malam itu, aku duduk termenung di meja dengan segelas susu cokelat yang sudah lama mendingin. Waktu ternyata sudah larut, tetapi aku masih saja terjaga. Aku pun memutuskan untuk menulis ini. Mulutku ber komat-kamit melafalkan seribu macam keluhan karena besok hari Senin, hari Senin hari dimana menjadi permulaan untuk kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Kembali bangun pagi, lalu menyiapkan diri untuk bertemu dan bercengkerama dengan orang ramai. Entah mengapa hal itu terkesan memuakkan, harus ku lakukan dan ku ulang, meskipun aku tak ingin. Langkah demi langkah aku jamah satu-persatu, menapaki hamparan jalan yang ku tatap masih seperti hari itu. Sepatu kets putih milikku beradu dengan aspal yang pada sisi lainnya sudah ada lubang-lubang kecil. Rusak, karena terlalu lama dilewati oleh banyak kendaraan. Aku menatap sekeliling yang lagi-lagi sekumpulan manusia itu tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri, diantaranya b...