Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2024

Satu porsi, sama rata.

Tulisan ini kubuat di awal pekan, sedikit berbeda dari biasanya. Malam itu, aku duduk termenung di meja dengan segelas susu cokelat yang sudah lama mendingin. Waktu ternyata sudah larut, tetapi aku masih saja terjaga. Aku pun memutuskan untuk menulis ini. Mulutku ber komat-kamit melafalkan seribu macam keluhan karena besok hari Senin, hari Senin hari dimana menjadi permulaan untuk kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Kembali bangun pagi, lalu menyiapkan diri untuk bertemu dan bercengkerama dengan orang ramai. Entah mengapa hal itu terkesan memuakkan, harus ku lakukan dan ku ulang, meskipun aku tak ingin. Langkah demi langkah aku jamah satu-persatu, menapaki hamparan jalan yang ku tatap masih seperti hari itu. Sepatu kets putih milikku beradu dengan aspal yang pada sisi lainnya sudah ada lubang-lubang kecil. Rusak, karena terlalu lama dilewati oleh banyak kendaraan. Aku menatap sekeliling yang lagi-lagi sekumpulan manusia itu tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri, diantaranya b...

LUKA

Perempuan yang merayakan Desember dengan mengundang begitu banyak LUKA Kepada Desember tempat terbitnya harapan. Perempuan itu terduduk di beranda rumah. Matanya fokus menatap langit yang mulai memudarkan kegelapan. Ia menanti subuh segera bergeser. Fajar datang membuka gerbang pagi. Matahari terbit serempak dengan harapan-harapan yang tumbuh di halaman waktu. Diliriknya kalender. Di sana Desember menyuguhkan pilu. Oleh piring-piring berisi kenangan, juga gelas-gelas yang isinya nyaris tumpah sebab teramat sesak menampung cairan duka. Ditatanya hidangan kepedihan di atas meja kaca yang mulai ramai oleh tamu undangan berinisial L. Setiap yang datang pastilah mereka pemilik nama yang hanya tersusun satu kata, namun mengandung banyak derita. Hari ini kamis paling kelabu. Perempuan itu tersenyum miris merayakan hari kelahirannya dengan memulai ritual tahunan yang dirutinkan di tiap dua belas hari sebelum berganti tahun. Dimulainya pesta dengan mengunjungi pemakaman. Ia mulai menggali denga...

Terimakasih untuk segala yang ada.

Terimakasih untuk lautan yang tak pernah memuntahkan ribuan jeritan, dimana air asinmu adalah tempat segala rahasia mati. Disanalah terpendam doa-doa yang tak sampai ke langit, disanalah terkubur harapan-harapan yang karam sebelum tampil merekah, dan disanalah tertumpuk jiwa yang tak pandai bersuara yang hanya mampu berkaca di atas cermin bening air. Terimakasih untuk cahaya mungil dari sekelompok bintang-bintang yang selalu bersemangat menunjukan ribuan suka, bukan duka. Dari kalian aku belajar, bahwasanya tak semua harus dipertanyakan, sebab kalian yang tak pernah bertanya mengapa harus terus bersinar meskipun tak lagi terlalu terang. Terimakasih kepada angin yang tak terlihat namun terasa, yang meniupkan kehidupan pada daun-daun yang membawa bisikan dari tempat yang jauh dan kadang diam-diam menyeka air mata yang jatuh tanpa suara. Bak mengelus pelan kepalaku yang penuh dengan bualan, meredakan api amarahku yang kian membesar di setiap bulan, dan meyakinkan agar tetap berjalan. Teri...

But, I don't want to live long

Kembali riuhnya suara hujan berhasil menghipnotis dan merebut kesadaran diriku. Walau tak diambil penuh, namun tetap membuatku perlahan-lahan seperti dibunuh. Dipertontonkan tentang diri yang lalu-lalu, durasinya sangat cepat ketika berada di kenangan yang manis, tapi durasinya mendadak lambat ketika memasuki kenangan yang membuat nafas terasa tersumbat. Katanya, jika penat untuk melangkah, silahkan mengambil waktu untuk berhenti bertingkah.  Namun, juga langsung tertampar tentang banyaknya mereka yang tak kenal henti untuk berlari menuju garis tujuannnya. Tak mau tertinggal, cukup kenangan saja, manusia-manusia yang ada di dalamnya, diusahakan untuk jangan-yaitu, salah satunya Aku. Angka-angka selalu berganti, realita-realita juga mulai terobati.  Walau kadang, masih sering menimbulkan rasa ingin mati. Lagipun, bertahan sejauh ini sudah cukup mengesankan, bukan? Dengan segala hal yang seperti bekerjasama untuk membunuh, juga bisunya mulut yang tak bisa mengeluarkan suara tent...