Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Rentan Ringkih; Rasa Ditinggalkan dan Meninggalkan

"Dan kematian hanya perpindahan dan kematian, awal kekekalan." Waktu pasti tetap berjalan, ya? Mau dibagaimanakan pun jam selalu berputar selama baterai di dalamnya masih terisi. Silih berganti ruang waktu, hal-hal rasanya juga berbeda. Melihat konstruksi ruang yang berganti, melihat komposisi hidup kita yang beralih. Namun yang paling sulit melihat orang yang sangat kita cintai menua, entah. Rasanya biru. Mau itu bapa, mamah, kakek, atau nenek. Semuanya membuat perasaan yang kalang kabut. Setiap hari kamu mendengar berita kehilangan, berita kuning berkibar, sirine berkejaran. Sebenarnya hidup tak lebih dari hidup dan mati, sisanya kamu yang mengisi. Manusia itu tak pernah jauh dengan yang namanya sejarah dan riwayat. Hidup tak akan hanya berdiam diri terbungkam dan mengabaikan dirimu sampai tubuh digerogoti dan terurai oleh ulat-ulat di dalam tanah. Hidup menyimpan banyak suka duka yang mau tidak mau harus kamu telan mau sekalipun itu terpaksa. Dari persamaan dan perbedaan y...

A Hug I Owe Myself

Tatapanya redup, senyumannya samar. Aku berhutang maaf pada sosok di cermin yang selalu menunggu untuk kupeluk kembali. Di sana, dibalik pantulan bening itu ia berdiri diam dan tak bersuara namun memikul beban yang tak terlihat. Matanya temaram seperti langit senja yang kehilangan warna. Bibirnya melengkung, tapi bukan karena bahagia. Itu hanya topeng, seutas senyum yang ia kenakan agar dunia tak sibuk bertanya. Sosok itu menatapku tanpa kata, seolah ingin bicara namun aku terlalu pengecut untuk mendengarnya. Aku tahu, aku selalu tahu. Bahwa ia telah lama menungguku, menunggu aku kembali padanya, menunggu aku berhenti menjadikannya sekadar bayangan tanpa nama.           Betapa sering aku melewatinya tanpa sapa, tanpa peduli.           Berapa kali aku berpura-pura tidak melihat kesedihannya.           Aku menuntutnya untuk kuat, padahal ia hanya ingin beristirahat.         ...

"Menyakitkan"

Ketika aku menangis karena stress, kemudian berubah menangisi keluarga, menangisi kesalahan dimasa lalu, menangisi kegagalan yang tak terhitung berapa kali aku gagal, menangisi tubuhku yang penuh banyak luka, dan menangisi hidupku yang seperti ini-ini saja, sungguh semuanya begitu terasa "menyakitkan" Menangis, menjerit, melampiaskan dengan segala amarah, tapi tidak satu pun yang berusaha memeluk erat diri ini Nyatanya sudah terlalu lama memendam rasa kecewa, sudah terlalu lama berpura-pura baik-baik saja, juga sudah terlalu lama berjalan sendirian. Banyak pasang mata melihat diri ini selalu penuh tawa, menghabiskan waktu untuk menjelajah tiap sudut kota, padahal semua itu hanya untuk menutup luka.  Penuh riuh di kepala, banyak harap yang belum juga terlaksana, padahal angka usia ibu dan bapa sudah semakin menua. Sampai kapan harus melewati perjalanan hidup tanpa arah, aku juga tidak tau apakah akan mampu bertahan hingga akhir? Sudah lama rasanya ingin mengakhiri sesuatu yang...

Kaya kata mamah, perlahan akan aman.

Lagian, tumbuh secara perlahan-lahan tak seburuk itu kan? Semua akan menjadi hal yang besar pada waktunya. Sudah sangat cukup banyak hal yang berani kamu coba di dunia ini. tapi tak sedikit juga hal yang membuatmu takut untuk kembali mencoba sesuatu yang jawabannya selalu tak menentu, bahkan ada juga yang bantu. Layaknya bermain teka-teki, dimana hanya tentang menebak, memilih, dan bertanggung jawab atas apa yang dirimu pilih - Hanya yang ternyata maknanya bukan seperti biasa. Namun, dari sekian banyaknya teka-teki yang berhasil terpecahi, berapa banyak apresiasi yang berhasil kamu beri untuk dirimu sendiri? Bukankah itu juga bagian dari hak yang seharusnya didapatkan? Tak perlu sampai membungkus bingkisan, mengucapkan terimkasih setiap malam saja pasti sudah sangat berkesan. Garis perjalanan hidup manusia bermacam-macam bentuknya. Ada yang  dari atas ke bawah, dan ada yang dari bawah ke atas, dan dibalik itu semua punya langkah beratnya masing-masing. Mustahil jika tak bertegur sa...