Namun, akhirnya tak jadi satu.
Namun, akhirnya tak jadi satu ; tentang ksiah yang nyaris indah Kita terlalu rapat untuk kau yang mencinta luas. Tapi mungkin, percaya tak pernah cukup. Sebab takdir lebih suka bercanda dengan mereka yang terlalu berharap. Tidak, kita tidak bisa bertengkar. Tak ada perpisahan yang dramatis, tak ada pintu yang dibanting. Yang ada hanya dua detak yang perlahan tak lagi seirama, dengan ucapan selamat-selamat tinggal maksudnya. Mencintaimu, dulu seperti berdiri di tepi jurang sembari memeluk angin. Indah, memabukkan, dan sangat mungkin membuat jatuh. Kita adalah mimpi yang hampir sempurna tapi ditinggalkan terjaga oleh kenyataan yang tak kenal belas kasih. Aku mencintaimu dengan segenap jiwa yang retak Kau mengisi pecah-belah yang tersungkur, menggali kembali cinta yang telah lama terkubur. Nyarisnya, cinta kita bukanlah cerita yang berakhir pelukan melainkan luka yang menjatuhkan darah tanpa tatakan. Kini aku hidup dengan setengah cerita, setengah tawa, dan setengah luka. Karena kau perna...