Pulang Menuju Tenang
Pelataran pemberhentian itu sudah di depan mata. Suara berita tentang rute selanjutnya menggema. Tatapanku nanar terseok-seok karena manusia menjelma rusa liar yang ingin pulang ke perkumpulannya. Entah menuju keluarga, atau hanya pura-pura akrab pada keramaian agar tak terlihat begitu sendirian. Lalu gerbong tadinya terasa bagai gempa, mulai berhamburan bebannya. Jika kereta itu punya suara, mungkin begini kalimatnnya; "Dasar manusia! Memang sedikit sekali sabarnya." Karena barangkali kesabaran sudah ikut terbuang bersama gerutuan kecil, atau sumpah serapah mengeluhkan sore riuh yang tentu saja esok masih juga sama. Bait akhir dari gentayagan suara si kereta mungkin berupa pertanyaan; "Sebenarnya manusia sedang mengejar apa?" Jika saja kereta panjang itu benar-benar bersuara, lantas menakuti ribuan manusia di sini, aku yang akan maju mengajaknya berkenalan. Mungkin kami akan berlarian mencari warung makan sebagai perantara tanya jawab seperti acara kuis yang dahul...