Di Ambang Cahaya Yang Samar
Di ujung jiwa yang membingung. Ia melangkah tanpa memiliki ragu, diantara kabut harapan, dan bayang-bayang ragu. Langit melukis dirinya pada semburat senja, namun tak satu pun bintang berbisik, tentang arah mana yang tak berisik. Ia terus berjalan, meraba jelek yang samar, bertanya "Dimana tempatku? Dimana titik bakatku? Apakah nyala ini sesungguhnya milikku?" Ia telah mencoba menjadi banyak hal, menjadi daun yang menari bersama angin, menjadi tinta yang mengalir pada ribuan cerita, dan menjadi nada yang bergetar di antara denting senar. Ia mampu mengetik kata yang menyusun makna, juga menggambar bentuk yang menyerupai nyata. Namun semuanya terasa seperti ombak yang hanya mencium pasir sebelums surut kembali. Ia mampu menciptakan, tetapi tak cukup dalam untuk mengakar. Ia bisa, namun tak benar-benar merasuk ke dalam jiwanya. Orang-orang menatapnya dengan kebanggaan, memujinya sebagai indah, sebagai berbakat. "Kau luar biasa," mereka berlata, "Kau istimewa....