Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Di Ambang Cahaya Yang Samar

Di ujung jiwa yang membingung. Ia melangkah tanpa memiliki ragu, diantara kabut harapan, dan bayang-bayang ragu. Langit melukis dirinya pada semburat senja, namun tak satu pun bintang berbisik, tentang arah mana yang tak berisik. Ia terus berjalan, meraba jelek yang samar, bertanya "Dimana tempatku? Dimana titik bakatku? Apakah nyala ini sesungguhnya milikku?" Ia telah mencoba menjadi banyak hal, menjadi daun yang menari bersama angin, menjadi tinta yang mengalir pada ribuan cerita, dan menjadi nada yang bergetar di antara denting senar. Ia mampu mengetik kata yang menyusun makna, juga menggambar bentuk yang menyerupai nyata.  Namun semuanya terasa seperti ombak yang hanya mencium pasir sebelums surut kembali. Ia mampu menciptakan, tetapi tak cukup dalam untuk mengakar. Ia bisa, namun tak benar-benar merasuk ke dalam jiwanya. Orang-orang menatapnya dengan kebanggaan, memujinya sebagai indah, sebagai berbakat. "Kau luar biasa," mereka berlata, "Kau istimewa....

Soulmate

Apakah ada benang tak kasatmata yang sengaja diikat sebelum kita dilahirkan? Sebelum semesta menuliskan takdir di tangan kita? Apakah hatiku telah mengenal namamu sejak sebelum bibirku bisa menyebutkannya? Ada yang menyebutkan, belahan jiwa itu bukan sekedar pertemuan, melainkan pengakuan. Seperti dua sungai yang mengalir jauh, menempuh badai, berkelok-kelok dalam kesunyian, hingga akhirnya bertemu di muara yang sama. Apakah kita adalah arus yang tak bisa dihentikan? Yang dipertemukan oleh waktu setelah sekian lama menunggu dengan tingkah yang tak menentu. Kamu bukan hanya kisah yang tak tertulis dalam angan, kamu adalah gema dari masa yang entah kapan bermula-sebuah nyanyian yang nadanya telah terpatri di jiwaku, meski aku sangat asing dengan lantunannya. Kita adalah dua cahaya yang mengembara di belantara jagat raya, terpisah oleh jarak yang tak terukur, namun dijaga oleh magnet yang tak kasatmata. Seperti rembulan yang selalu tahu ke mana matahari tenggelam, aku pun selalu tahu bahw...

Indonesia Gelap

Ke mana saja mata memandang, ketidakberesan terpampang nyata. Sosial media, tembok-tembok jalan, tatapan mata orang-orang yang penuh kekhawatiran, semuanya saling berisisan untuk mengabarkan hal-hal buruk yang sedang terjadi di negeri ini. Sebagai warga biasanya, tidak banyak yang bisa saya lakukan selain turut menyuarakan kegelisahan dan memukul mundur argumen bayaran yang kebetulan lewat di linimasi. Sekecil-kecilnya perlawanan yang bisa dan mampu saya lakukan, akan saya lakukan. Masalahnya, gempuran berita buruk yang berasal dari Istana selalu punya cara untuk bikin pusing kepala. Saya takut, jika hal tersebut terus dibiarkan, kewarasan saya bisa lenyap. Tanda-tanda itu sudah mulai terasa ketika membuka linimasa dan hampir tidak pernah menemukan berita baik tentang negeri ini. Jika apa yang sedang kejadin saat ini terus-terusan terulang: Pemerintah yang bingung bikin kebijakan, seolah rakyat jadi kelinci percobaan, mau terapkan A, diprotes, tak lama kemudia dikoreksi sendiri setelah...

SOS

Apa masih tersisa sedikit ruang untukku bersembunyi dari semua rasa takut ini? Aku butuh tempat itu - ruang kecil di sudut dunia yang jauh dari suara, jauh dari tatapan, jauh dari apa pun yang membuatku merasa tenggelam. Aku ingin duduk di sana, meringkuk, menutup telinga, dan membiarkan tanganku mengenggam semua ketakutan yang tak mampu kulepaskan. Aku takut. Takut mendengar percakapan dunia yang selalu terasa terlalu keras untuk kupahmi. Takut pada suara bising yang menusuk tanpa henti, pada hal-hal yang terus muncul di hadapanku tanpa sempat aku hindari. Aku bahkan takut pada diriku sendiri yang terus mencoba bertahan padahal rasanya ingin menyerah. Aku hanya ingin kembali. Bukan ke masa yang penuh beban seperti ini, tapi ke masa kecilku, saat rasa takut hanya soal lampu mati atau suara omelan seoarang ibu. Siapapun, tolong aku. Bawa aku ke tempat di mana aku bisa merasa ringan lagi, tempat di mana aku bisa lupa pada ketakutan ini, meski hanya sebentar. Aku hanya ingin diam, bernapa...

Aku ceroboh, pantas saja banyak tentangku yang roboh.

Kemarin, cerobohnya diriku hanya tentang langkahku yang tersandung. Namun, hari ini cerobohnya diriku sudah sampai tentang diri yang merasa tak pernah beruntung. Jika satu atau dua kali dikatakan gagal, apakah jika lebih dari itu sudah boleh untuk dikatakan sial? Sekarang kegiatanku mencari-cari tentang mana bagianku yang masih utuh. Sebab, aku gagal dalam mengenali diri, buta akan siapa diri. Bahkan, tentang mengetahui warna kesukaanku saja sudah sangat membuatku bangga terhadap diri yang sulit untuk di duga. Aku hilang arah, juga telah berdarah. Rasanya mataku seperti tertutup oleh sesuatu  - Sangat gelap, membuatku bingung kemana harus bersiap. Aku adalah manusia yang rakus. Karena, bukanya setiap apapun hanya boleh dibagi satu-satu saja? Tapi setelah aku gagal dalam menjaga kesehatan jasmani, aku juga gagal dibagian menjaga kesehatan jiwa atau mentalku. Dulu yang tak pernah kenal ruangan itu, kini sudah menjadi pasien dengan diagnosis yang tak lagi satu. Memang, ini bisa disusu...

Who's going to be proud of me when I'm still failing?

Aku sering bertanya-tanya kenapa aku selalu merasa seperti mengejar sesuatu yang terus berlari. Seberapa keras aku pun berusaha, rasanya aku tak pernah bisa meraihnya. Aku telah memberikan segalanya-malam tanpa tidur, bangun pagi-pagi buta, pengorbanan-namun rasanya tak pernah cukup. Dan di saat kegagalan-kegagalan itu aku tak bisa menahan untuk bertanya; "Siapa yang akan bangga padaku jika aku terus gagal?" Aku melihat sekitar, melihat keberhasilan orang lain, penghargaan, dan pencapaian mereka. Aku tak bisa menyembunyikan rasa iri. Aku bertanya-tanya apa yang salah denganku, kenapa aku tak mendapat kesempatan, kenapa kesuksesan selalu terasa jauh dari jangkauan? Di tengah keraguan diri seperti ini, aku tak bisa berhenti mempertanyakan; "Apakah ada yang bangga padaku?" "Apakah ada yang melihat usahaku?" "Apakah ada yang percaya padaku meski aku sering gagal?" Setiap kali membuka media sosial, aku seperti diserbu oleh gambar-gambar kehidupan semp...