Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

If it comes, let it and i it goes, let it.

Hidup adalah serangkaian perjumpaan dan perpisahan, seperti desir angin yang mengusap wajah lalu lenyap tanpa jejak. Seperti rintik hujan yang jatuh ke tanah hanya untuk menguap kembali ke langit. Kita manusia adalah saksi dari segala yang singgah dan hilang dalam senyap segala yang datang kepadamu bukanlah kebetulan, dan segala yang menjauh bukanlah kesalahan. Lihatlah laut ia tak pernah menahan ombak yang merindukan pantai, pun tak pernah menangisi yang kembali ke samudra. Lihatlah ranting-ranting tua, ia merelakan dedaunan yang gugur tanpa memohon agar tetap bertahan. Alam tahu, ada hal-hal yang ditakdirkan untuk datang, dan ada yang harus berlalu. Begitulah kehidupan, sebuah tarian antara mengenggam dan melepaskan. Kau pernah mencintai, bukan? Pernah mengenggam sesuatu begitu erat, seakan dunia tak akan lengkap tanpanya. Tapi kenyataan selalu punya cara untuk membukakan mata; bahwa yang kita genggam tak selamanya tinggal, dan  yang kita relakan bukan berarti abadi dalam sesal. ...

Lubang Harapan

Aku menggali lubang, bukan lagi untuk mati tapi untuk hidup. Yang kukubur adalah harapan semoga di masa depan dapat berbuah kebahagiaan. Yang kusiram dengan doa-doa , agar di ujung gelap ada sedikit cahaya yang menyapa, atau pelangi yang serupa. Semoga tumbuh dengan baik di segala musim, walaupun kadang musim kemarau datang mencekik. Tak apa, meski rantingku harus sedikit dipangkas atau tanahnya kadang keras, aku yakin hujan pasti datang melunakkan dengan deras. Jika di masa depan tak kunjung juga berbunga dan berbuah, tak apa. Semoga akarku kuat dan kokoh barangkali akarku jadi sandaran untuk cacing tanah yang lelah, yang susah payah menggemburkan aku. Semoga rantingku memiliki banyak cabang untuk burung membuat sarang, untuk mereka bergantung dan bersenandung. Semoga dedaunannya lebat dan rindang, untuk mereka yang butuh naungan dan perlindungan. Tak apa, aku disinggahi dengan singkat. Aku bersyukur bermanfaat walau hanya sesaat. Jika di masa depan tak kunjung juga berbunga dan berbu...

Hantu Tidak Hilang, Hanya Lupa

Kamu tidak pernah menguburku, tapi kamu membiarkanku memudar. Dan itu adalah takdir yang jauh lebih kejam. Karena dikuburkan harus diakui, diratapi, memiliki akhir yang ditulis dalam batu. Tapi memudar? Memudar adalah ditinggalkan di antara keduanya, berlama-lama dalam gema dari apa yang dulu, hanya ada di ruang-ruang di mana cahaya hampir tidak mencapai. Itu berarti menjadi hantu dalam cerita yang tidak ada yang selesai membaca, memori yang menyelinap melalui celah-celah waktu, tidak pernah sepenuhnya hilang tetapi tidak pernah benar-benar hadir. Kamu tidak pernah memberi aku belas kasihan perpisahan-hanya yang tenang dari semua yang dulu aku lakukan kepada kamu. Maka, aku menghantui tepi dunia kamu, bukan sebagai seseorang yang hilang, tetapi sebagai seseorang yang kamu pilih untuk dilupakan. Tapi apakah kamu ingat? Malam-malam yang kami habiskan untuk membicarakan masa depan yang tidak pernah kami capai, suara-suara hening melawan keheningan dunia pada pukul setengah tiga pagi. Dulu...

Tawa Terakhir Kita, Kini Menggema di Kepalaku

Dan kemarin, kita tertawa tanpa terpikir akan berakhir kecewa. Kemarin, kau menggenggam tanganku seolah dunia tak akan berani merobek kita. Tatapanmu bilang, "aku akan tinggal," dan bodohnya aku percaya tanpa bertanya: "sampai kapan?"  Kemarin langit mendung pun tak sangar-terlihat lebih biru dari biasanya. Dan kita, dibawahnya menenun kisah antara tawa dan detak jantung yang saling berpacu. Kita duduk berdua, menyusun mimpi di bawah senja seperti anak-anak yang menggambar rumah dan matahari dengan krayon kesayangan. Kau bilang hidup adalah perjalanan dan aku percaya selama kita melangkah pada dendang yang seirama, segala lelah akan berubah menjadi nyanyian. Kala itu, aku adalah matahari pagimu,  yang kau sambut dengan senyum separuh mali dan kau adalah kopi pahit yang kuminum tanpa ragu, meski sesekali getirnya merubah suasana hatiku. Kita pernah begitu dekat, hingga jarak antara napas dan bisikan terasa kekal-walau pada nyatanya memang tak masuk akal. Namun siapa ...

When Life Gives You Tangerines

Dunia memberi derita dimana-mana, namun juga berteriak "kau tak boleh mati" pada waktu yang sama. Dunia, ibarat pelukis mabuk yang tak sengaja menumpahkan luka di kanvas hidupku. Warnanya, abu-abu yang meraung, biru yang menggigil, dan merah yang bukan cinta melainkan darah yang terlalu sering keluar tanpa alasan. Dunia, sejak awal bukan rumah yang penuh pangkuan, melainkan lorong dingin dengan suara-suara yang tak bertuan-tanpa bentuk, tanpa wajah, hanya denting luka yang tak kenal duka. Setiap sudut hari adalah taring, tiap langkah, jebakan. Dan tiap detak adalah sekeras-kerasnya bentak. Ia menyuapi pagi-pagi dengan hampa, menuangkan kesunyian ke dalam cangkir, lalu memaksaku menyesap perlahan sambil tersenyum palsu pada embun yang menitik di ujung jemari. Lantai pun sudah bosan mendengar kakiku menyeret harap, dan langit? Ia hanya menatap, tak pernah menangkap. Dunia-bukan mamah, bukan sahabat, hanya semesta tua yang kadang tersenyum, tapi lebih sering mencibir. Di sela de...