Lain kali, jika kamu bertemu dengan kopi diaduk dulu, ya?
Lain kali, jika kamu bertemu dengan kopi lagi-yang pada nyatanya ia adalah jelmaan dari cinta dan harapan. Jangan buru-buru menyesapnya. Duduklah dulu sejenak, tatap hitam pekat itu dalam-dalam. Sebab manis, kadang tak tergesa naik ke permukaan padahal ia tak kenal malu, juga sering sekali tak setia. Aku percaya terlalu dini pada seseorang yang hanya pandai mencintai bukan dari luar dariku. Yang memuja awal, tapi takut dengan kedalaman. Yang hadir dengan bunga dan kata-kata, tapi lari saat akar-akar luka mulai bicara. Di sana, sungguh banyak manusia yang manisnya lekas terasa. Yang akan membuat kita lupa bahwa tidak semua yang manis datang dari niat yang jujur. Kita, dengan senang hati duduk di hadapannya, menjadi cangkir yang sangat siap diisi tapi ternyata kita hanya dituang sebagian. Manisnya ia sisakan untuk awal saja, pahitnya pelan-pelan mengendap di lidah yang bodoh akan rasa. Cinta yang ia beri, memang tak pernah berniat menyatu. Hanya sekedar rasa yang dikemas manis agar aku t...